Bloomberg Technoz, Jakarta – Asosiasi Bauksit Indonesia (ABI) menyatakan belum pernah dipanggil oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia guna membahas rencana percepatan hilirisasi bauksit, sejalan dengan banyaknya proyek smelter logam tersebut yang jalan di tempat.
Bahlil, padahal, sebelumnya menjanjikan akan mengundang para pengusaha bauksit untuk membahas isu tersebut. Dia juga menawarkan opsi untuk membentuk konsorisum guna mempermudah investasi smelter bauksit di dalam negeri.
“Belum, belum ada [panggilan dari Bahlil],” kata Ketua ABI Ronald Sulistyanto saat dimintai konfirmasi, Kamis (12/12/2024).
“Sudah bosan kami ngomong sama pemerintah. Usulan saya [soal] konsorsium baru dijawab dan kayaknya disetujui, cuma kan tidak mudah pelaksanaanya.”

Ronald menerangkan, di Indonesia, perizinan untuk investasi smelter dipegang oleh dua kementerian yang berbeda. Untuk smelter yang terintegrasi dengan tambang, izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) diberikan oleh Kementerian ESDM.
Sementara itu, untuk smelter yang tidak terintegrasi dengan tambang alias standalone, perizinannya berupa izin usaha industri (IUI) yang diberikan oleh Kementerian Perindustrian.
“Nah, Pak Bahlil mau panggil yang mana nih? Smelter yang mangkrak [dari izin IUP OP] ESDM atau yang mangkrak [izin IUI] Perindustrian?" tutur Ronald.
9 Smelter Macet
Ronald menjelaskan, smelter yang mengantongi IUP OP dari Kementerian ESDM saat ada 11 perusahaan. Namun, hanya dua yang menjalankan proses hilirisasi bauksit yaitu smelter PT Well Harvest Winning Alumina dan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.
Sisanya, ada sembilan pembangunan proyek smelter yang masih dalam tahap konstruksi dan belum diselesaikan pembangunannya karena beberapa kendala.
“Katakanlah disuruh kerja sama deh sembilan perusahaan ini, supaya bisa membangun atau bisa mengumpulkan ekuitas. Pertanyaannya bukan hanya mengumpulkan ekuitas nih. Proses selanjutnya seperti apa? Kalau ekuitas saja, kelihatannya sembilan perusahaan itu pun juga belum mampu,” tutur Ronald.
“Ekuitas kan kira-kira komponennya 30% paling gede itu. Selebihnya dari mana? Kita menggunakan teknologi siapa? Karena teknologi itu memengaruhi cost.”
Ronald mencontohkan, jika pemerintah ingin menggandeng China untuk berinvestasi soal teknologi, maka pemerintah perlu mempertemukan pengusaha smelter bauksit Indonesia dengan pengusaha China. Bukan hanya rencana membuat konsorsium di Indonesia.
“Ya harus kita digandengkan sama pengusaha China-nya. 'Kadin'-nya China juga harus sama-sama. Kita cari, kita gandengin mereka sama-sama. Nah, inilah unsur pemerintah sebagai induk semangnya. Karena kalau pengusaha dilepas sembilan [pengusaha smelter bauksit] suruh ngomong, belum tentu bisa. Setahun juga belum tentu beres itu,” ujarnya.
Ditolak Bank
Di sisi lain, ABI menyoroti pendanaan eksternal untuk membiayai proyek smelter bauksit sulit didapat. Alasannya, pihak perbankan ataupun lembaga pembiayaan kerap menilai bahwa proyek-proyek smelter bauksit kurang feasible.
Berdasarkan catatan ABI, produksi tahunan bauksit Indonesia bisa mencapai rerata 30 juta ton/tahun. Hanya saja, kapasitas input di dalam negeri untuk mengolah/memurnikan bauksit masih terbatas, sekitar 12 juta ton/tahun.
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menilai investasi smelter bauksit macet karena banyaknya pengusaha sektor pertambangan yang lebih memilih mengekspor komoditas mineral dalam format barang mentah.
Bahkan, kata Bahlil, kecepatan program hilirisasi nikel jauh lebih pesat dibandingkan dengan bauksit. Pendanaan dari investor menjadi salah satu kendala proyek smelter bauksit jalan di tempat.
Untuk itu, Kementerian ESDM akan menata kembali percepatan program hilirisasi bauksit dan bakal mengajak pelaku usaha untuk melakukan percepatan pembangunan proyek smelter bauksit.
“Saya akan mengundang nanti teman-teman dari pelaku usaha smelter bauksit untuk bisa kita lakukan percepatan. Kan kemarin di Kalimantan Barat sudah kita resmikan, yang punya BUMN. Nah mungkin yang lainnya juga kita lakukan dahulu [dorong]," ujar Bahlil saat ditemui di kantornya, Jumat (29/11/2024).
Bahlil juga menyebut, investor smelter bauksit tidak menutup kemungkinan nantinya akan berbentuk konsorsium. “Semuanya bisa ada kemungkinan, maka nanti kita dapat tahu strukturnya,” imbuhnya.

BKPM Berburu Investor
Hasyim Daeng Barang, Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), juga tidak menampik lambatnya pembangunan smelter bauksit memang dipicu kendala investor yang belum melihat prospek menjanjikan dari hilirisasi bauksit.
“Kita lagi coba cari mitra ya, yang masih terkendala masalah investornya. Kemarin kita sudah memetakan, ada kurang lebih sekitar 9 [proyek smelter bauksit] yang masih terkendala. Kami coba matchmaking, ada beberapa investor yang tertarik,” ujarnya saat ditemui di kantor CSIS, baru-baru ini.
Dia menyebut BKPM berencana mengundang calon-calon investor yang bersedia menggarap proyek smelter bauksit, tetapi dia tidak mendetailkan apa saja entitas yang dimaksud.
Sejauh ini, kata Hasyim, memang baru ada 4 smelter bauksit yang sudah beroperasi dari sekitar 12 proyek yang direncanakan konstruksi.
Untuk itu, dia pun tidak menutup kemungkinan mengajak para pengusaha untuk membentuk konsorsium guna berinvestasi dan menggarap proyek hilirisasi sektor pertambangan bauksit.
“Kami dorong ke situ. Nanti coba lihat, kalau mereka mau, kita coba bikin konsorsium,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, terdapat 7 pembangunan fasilitas pengolahan mineral atau smelter bauksit dengan progres di atas 50% tapi tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Tujuh smelter yang sempat dipertanyakan progresnya adalah PT Quality Sukses Sejahtera, PT Dinamika Sejahtera Mandiri, PT Parenggean Makmur Sejahtera, PT Persada Pratama Cemerlang, PT Sumber Bumi Marau, PT Kalbar Bumi Perkasa, PT Laman Mining.
Adapun saat ini, ada empat smelter yang telah beroperasi di Indonesia, yakni PT Indonesia Chemical Alumina, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi).
(mfd/wdh)