Kendati demikian, Isa mengatakan Kemenkeu akan terus melakukan pemantauan terhadap kecukupan dan serapan subsidi energi hingga akhir tahun ini. Terlebih, biasanya konsumsi—baik LPG 3 Kg, BBM, maupun listrik — cenderung mengalami peningkatan pada momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Mudah-mudahan PT PLN [Persero] dan PT Pertamina [Persero] terus bisa mengendalikan penggunaan energi tersebut dalam hal ini termasuk LPG," ujarnya.
Kemenkeu mencatat realisasi anggaran subsidi dan kompensasi mencapai Rp420,5 triliun dalam 11 bulan pertama tahun ini, naik 31,9% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Perinciannya, subsidi energi telah terserap Rp157,2 triliun, nonenergi Rp87 triliun, dan kompensasi Rp176,4 triliun.
Pada kesempatan terpisah di Komisi VI DPR RI pekan lalu, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko Migantoro memaparkan penjualan LPG 3 Kg bersubsidi per Oktober telah mencapai 6,9 juta ton dari target 2024 sebanyak 8,03 juta ton. Data tersebut nyaris selanggam dengan milik Kemenkeu.
Sementara itu, penjualan BBM bersubsidi per Oktober 2024 mencapai 39,7 juta kiloliter (kl) dan diharapkan mencapai 48,6 juta kl hingga akhir tahun ini.
Sementara itu penjualan produk nonsubsidi mencapai 37,2 juta kl dan target akhir tahun 39,1 juta kl. Secara keseluruhan, total produk BBM dan LPG Pertamina yang terjual 102,4 juta kl sampai dengan 31 Oktober 2024.
"Hari-hari ini kami kembangkan sistem digital sangat solid di penyaluran BBM dan LPG. Sistem ini akan sangat berguna nanti apabila pemerintah ambil keputusan mengenai subsidi tepat sasaran," kata Wiko.
(wdh)