Logo Bloomberg Technoz

Apabila kembali break support tersebut, rupiah berpotensi melemah lebih lanjut ke level Rp16.050/US$ sebagai support terkuat.

Dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah berpotensi melemah ke level Rp16.100/US$ usai breakout support terkuat.

Sementara itu, bila terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp15.900/US$ dan selanjutnya Rp15.850/US$ sebagai resistance potensial.

Pelemahan rupiah pagi ini berlangsung ketika IHSG dibuka lemah 0,31% dan kini bergerak di kisaran 7.436.

Sedangkan di pasar surat utang negara, yield SBN sebagian turun meski selisih antara tenor 2Y dan 10Y masih sempit.

SBN 2Y imbal hasilnya ada di 6,91%, sedangkan 10Y di 6,94%. Sementara tenor panjang 30Y di 7,09%.

Sentimen pasar global masih menjadi beban utama pasar domestik. Tadi malam usia rilis data inflasi CPI Amerika, indeks dolar AS melanjutkan penguatan dan yield Treasury merangkak naik.

Di sisi lain, kekhawatiran juga muncul dari rilis data defisit fiskal AS. Tadi malam, Pemerintah AS melansir Federal Budget Balance di mana angka defisit pada November lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar.

Yakni sebesar US$366,8 miliar, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya US$314 miliar dan melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar US$356,5 miliar.

Malam ini, pelaku pasar menunggu rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) AS. Konsensus pasar memperkirakan inflasi PPI pada November sebesar 0,2% month-to-month, tidak berbeda dengan bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi PPI diperkirakan naik jadi 2,6% dari bulan sebelumnya 2,4%.

Adapun inflasi inti PPI diprediksi sebesar 0,2%, melandai dibanding bulan sebelumnya 0,3%. Secara tahunan, inflasi inti PPI diramal sebesar 3,2% lebih tinggi dibanding bulan September 3,1%.

(rui)

No more pages