Adapun saham properti yang melaju pesat adalah, saham PT Kota Satu Properti Tbk (SATU) terbang 15,1%, saham PT Metro Realty Tbk (MTSM) melesat dengan kenaikan 10%. Juga saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) juga menguat 8,52%.
Senada dengan saham energi, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) melesat 12,6%, saham PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) terangkat 10,91% dan saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menguat 5,36% yang juga turut mendukung penguatan IHSG
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori positif antara lain, saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) melejit 3,94%, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) lompat 3,25%. Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menguat 2,86%, dan saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) terbang 2,51%.
Tren Bullish juga terasa pada saham LQ45 berikut, saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menguat 2,02%, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mencatat kenaikan 1,22%. Dan juga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menghijau 0,46%.
Investor menanti dengan cermat inflasi Amerika Serikat, yang hasilnya akan memberikan petunjuk yang jelas tentang arah kebijakan moneter dari Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Bank Sentral paling berpengaruh di dunia.
Data inflasi CPI tersebut menjadi data terakhir terpenting sebelum The Fed menggelar pertemuan pekan depan untuk menentukan bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sampai dengan malam saat ini menghasilkan median 0,3% untuk inflasi CPI November secara bulanan. Bila terealisasi, maka terjadi kenaikan karena pada bulan sebelumnya inflasi CPI Amerika Serikat tercatat 0,2%.
Secara tahunan, inflasi CPI Amerika juga diperkirakan akan ada kenaikan menjadi 2,7% pada November, dibandingkan dengan catatan bulan sebelumnya di 2,6%.
Adapun inflasi inti CPI diperkirakan sebesar 0,3% secara bulanan dan 3,3% secara tahunan, tidak berbeda dengan bulan sebelumnya.
Ekonom Bloomberg Economics memperkirakan laporan inflasi CPI AS nanti akan mencatat inflasi inti sebesar 0,3% dalam empat bulan beruntun, yang konsisten dengan kenaikan laju tahunan di atas 3%.
Angka itu juga lebih tinggi dibandingkan dengan target The Fed di 2%.
“Disinflasi CPI inti tampaknya telah terhenti sejak pertengahan tahun,” kata tim Bloomberg Economics termasuk Anna Wong dan Chris G. Collins.
“Pergerakan harga di pasar sangat mendukung penurunan bunga acuan pada pertemuan pekan depan, akan tetapi kami tidak yakin The Fed akan melakukannya,” tambah Wong.
Data CPI hari ini akan memberikan pandangan pamungkas kepada pejabat The Fed tentang kondisi harga sebelum pertemuan mereka berikutnya. Indikasi stagnasi dalam kemajuan dapat mengurangi peluang pemangkasan suku bunga.
Saat ini, jelang pembacaan inflasi AS, CME FedWatch Tools masih menunjukkan peluang 86,1% untuk pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin bulan ini menjadi 4,25%–4,5%.
“Data inflasi November dapat membuat para pelaku pasar terus menebak-nebak tentang arah pemangkasan bunga acuan pekan depan. Prakiraan Bloomberg Economics mendukung ekspektasi pembacaan inflasi inti yang tidak stabil, sementara ada isyarat penurunan pada inflasi headline. Yang lebih mengkhawatirkan bagi para pembuat kebijakan, inflasi tampaknya akan berada di atas target tahun depan dengan beberapa pemodelan menunjukkan ada rebound permintaan,” kata Scott Johnson, Ekonom Bloomberg Economics dalam analisisnya.
(fad/ain)