"Setelah merger, kualitas akan meningkat. Kalau kita punya kapasitas lebih banyak, kemudian spektrum yang tersedia juga lebih banyak. Itu akan meningkatkan tentunya kecepatan internet dan kita bisa mengakselerasi 5G," terangnya.
Seperti diketahui, XLSmart menjadi nama baru hasil penggabungan dua perusahaan provider seluler, PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Smart Telcom (SmartTel), dengan nilai kesepakatan US$6,5 miliar (sekitar Rp104 triliun).
EXCL akan bertindak sebagai sebagai surviving entity, sedangkan FREN dan SmartTel menjadi entitas yang melebur atau menjadi bagian dari XLSmart.
Masing-masing pemegang saham pengendali EXCL dan grup FREN tetap menjadi bagian prominen atas XLSmart dengan kepemilikan bersama 34,8%.
Axiata Group Berhad dan Sinarmas tetap punya kedudukan pengaruh yang sama atas setiap keputusan strategis XLSmart.
"Pak Vivek [CEO Axiata Group] ini enggak minta saya turun [karena merger]. [Pengunduran diri] Ini alasan pribadi karena menurut saya, ini sudah cukup," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary XL Axiata Ranty Astari Rachman dalam surat kepada BEI menyebutkan perseroan menerima surat pengunduran diri Dian Siswarini pada Selasa (3/12/2024).
Permohonan pengunduran diri tersebut akan berlaku efektif setalah mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat.
"Adapun alasan pengunduran diri beliau adalah karena alasan pribadi. Selanjutnya permohonan pengunduran diri tersebut akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan terdekat sesuai dengan anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata Ranty dalam keterbukaan tersebut, Rabu (4/12/2024).
Dian menjabat sebagai Presiden Direktur di XL Axiata mulai 2015. Ia memperoleh gelar Sarjana Elektro dari Institut Teknologi Bandung pada 1991.
Berdasarkan catatan perseroan, Dian telah mengikuti berbagai program eksekutif, salah satunya adalah Harvard Advance Management Program, Harvard Business School di Amerika Serikat pada tahun 2013.
(prc/ros)