Tidak hanya itu, proyek EGR lainnya di Lapangan Vorwata diperkirakan dapat menghasilkan tambahan 8,5 bcm. Pasokan gas tambahan dari dua proyek EGR ini dapat memperpanjang umur proyek LNG Tangguh.
PSN IDD
Proyek Strategis Nasional (PSN) Perairan Dalam Indonesia atau Indonesia Deep Water (IDD) juga digadang-gadang membantu meningkatkan produksi LNG dari kilang eksisting di Bontang.
Produksi LNG Indonesia telah pulih, menurut BMI, berkat meningkatnya pasokan gas baku dari ladang-ladang IDD yang dioperasikan oleh investor asing.
Secara khusus, produksi LNG dari kilang LNG Bontang telah terus meningkat sejak ladang gas Merakes milik Eni Spa mulai berproduksi pada 2021.
Sebagian gas yang diproduksi dari ladang Merakes, yang menghasilkan sekitar 750 juta kaki kubik standar per hari atau million standard cubic feet per day (mmscfd) atau setara 4,6 bcm, dipasok ke kilang LNG Bontang.
Gas baku tambahan untuk kilang LNG Bontang berasal dari ladang gas Jangkrik, yang juga dioperasikan oleh Eni.
Berdasarkan data dari Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi LNG dari kilang Bontang telah pulih sejak lapangan Merakes mulai berproduksi pada 2021, dengan total volume produksi meningkat dari 2,9 juta ton per tahun atau million tonnes per annum (mtpa) pada 2020 menjadi 4,1 mtpa pada 2023.
Tambahan pasokan gas untuk kilang Bontang akan berasal dari proyek gas Gendalo dan Gandang yang dioperasikan Eni, yang bertujuan untuk memproduksi gas sebanyak 8,7 bcm.
SKK Migas juga telah menyetujui rencana pengembangan atau plan of development (PoD), dan proyek tersebut diharapkan mulai beroperasi pada 2027.
“Kami memperkirakan adanya risiko kenaikan yang signifikan terhadap produksi LNG dari kilang Bontang ketika proyek gas terintegrasi Gehem-Geng Utara mulai beroperasi pada 2028,” kata BMI.
Adapun, proyek Gehem-Geng Utara diharapkan dapat menghasilkan gas sebanyak 18 bcm, yang akan dipasok ke kilang LNG Bontang dan Unit Produksi Terapung (FPU) Jangkrik.
Andaman Selatan
Pada perkembangan lain, penemuan gas baru-baru ini di Laut Andaman Selatan juga diyakini dapat menghidupkan kembali produksi LNG dari kilang Arun yang tidak beroperasi.
SKK Migas optimistis tentang potensi Mubadala Energy untuk mempercepat pengembangan gas di blok Andaman Selatan.
Untuk diketahui, Mubadala telah menemukan cadangan gas yang signifikan, termasuk 6 tcf di Layaran-1 dan 2 tcf di Tangkulo-1. SKK Migas menargetkan persetujuan PoD pada akhir tahun, meskipun kompleksitas cadangan air dalam dan kurangnya infrastruktur.
Gas Andaman Selatan dapat memanfaatkan kilang LNG Arun di dekatnya di Aceh, meskipun kesesuaiannya untuk diaktifkan kembali tidak pasti. Mubadala sedang mengembangkan skenario PoD, yang menargetkan penyelesaian pada akhir 2024, sementara SKK Migas mengeksplorasi opsi untuk merevitalisasi kilang Arun.
Pemerintah berencana membangun kilang LNG baru di Aceh untuk menggantikan fasilitas yang sudah tua, karena kilang Arun, yang secara historis penting tetapi sekarang kurang dimanfaatkan, tidak dapat menampung potensi gas Aceh.
Blok Masela
Sementara itu, total kapasitas produksi LNG Indonesia dapat meningkat menjadi 48,9 mtpa pada awal 2030-an jika proyek Abadi LNG atau Blok Masela terealisasi.
Indonesia saat ini memiliki kapasitas produksi LNG gabungan sebesar 36,2 mtpa, termasuk Bontang, Donggi Senoro, Tangguh, dan pabrik modular kecil.
Adapun, proyek Sengkang LNG 2,0 mtpa masih dalam tahap konstruksi, dengan penyelesaian berpotensi tertunda hingga 2025.
Genting Berhad saat ini sedang membangun pabrik LNG terapung 1,2 mtpa pertama di Indonesia di Teluk Bintuni, Papua Barat. Gas umpan untuk produksi LNG akan dipasok dari ladang gas Asap, Kido, dan Merah.
Genting Berhad juga telah sepakat dengan pemerintah Indonesia untuk memasok 230 mmscfd gas umpan untuk produksi LNG selama 18 tahun, dan tambahan 101 mmscfd untuk pabrik amonia dan urea yang direncanakan di Papua Barat. Proyek LNG ini diharapkan mulai beroperasi pada 2028.
“Kami memperkirakan total kapasitas produksi LNG Indonesia akan meningkat menjadi 39,4 mtpa pada 2028 jika kedua proyek tersebut mulai beroperasi sesuai jadwal. Pemerintah Indonesia telah menyetujui PoD untuk proyek LNG Abadi sebesar 9,5 mtpa. Investor proyek, termasuk Inpex Corporation, Petronas, dan Petronas, belum mengumumkan keputusan investasi final,” tulis BMI.
Ekspor Justru Turun
Meskipun produksi LNG memiliki prospek pertumbuhan yang signifikan, ekspor LNG diramal tidak mungkin tumbuh signifikan dalam waktu dekat karena prioritas pemerintah pada konsumsi dalam negeri.
Ekspor LNG Indonesia menurun dari 2013 hingga 2022, sebelum sedikit pulih pada 2023. Penurunan ekspor LNG terutama disebabkan oleh penurunan produksi dari kilang LNG Tangguh dan Bontang serta prioritas pemerintah untuk mengalihkan lebih banyak LNG untuk pasar domestik.
Peningkatan ekspor LNG baru-baru ini didukung oleh dimulainya proyek Tangguh Tahap 3 sebesar 3,8 mtpa pada 2023 dan peningkatan pasokan gas baku untuk produksi LNG di kilang LNG Bontang.
Sekitar 75% atau 2,85 mtpa dari proyek Tangguh Tahap 3 telah dialokasikan untuk pasar domestik, sedangkan sisanya tersedia untuk ekspor.
Sebagian besar LNG dari kilang Bontang dipasok ke terminal regasifikasi domestik termasuk Arun, Nusantara Regas, Benoa, Gorontalo, Javea-1, dan Lampung. Semua pasokan dari proyek LNG Sengkang telah dicadangkan untuk pasar domestik.
Kemungkinan besar LNG dari proyek LNG terapung Papua Barat akan dialihkan ke pasar domestik juga.
“Oleh karena itu, ekspor LNG tidak mungkin meningkat seiring dengan perluasan kapasitas produksi LNG dan pertumbuhan output. Risiko kenaikan yang signifikan terhadap ekspor LNG Indonesia dapat terjadi jika proyek Abadi terealisasi,” papar tim riset lembaga tersebut.
(wdh)