Sebelumnya sampai akhir Oktober 2024, Sri Mulyani mencatat penerimaan negara anjlok 2,5%, sementara belanja negara naik 15,3%.
"Pendapatan negara sampai akhir Agustus mencapai Rp1.777 triliun, ini artinya 63,4% dari target APBN 2024, saya sampaikan kontraksi 2,5%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Jumat (18/10/2024).
Sri Mulyani menyebut sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan pendapatan negara adalah harga komoditas yang menurun, serta peningkatan restitusi dari sisi pajak yang pendaptannya mencapai Rp1.196,5 triliun.
"Kontraksi pendapatan pajak 4%," kata Sri Mulyani menegaskan.
Sri Mulyani menegaskan hingga Agustus 2024 belanja negara tercatat mencapai Rp1930,7 triliun atau tumbuh positif 15,3%, tinggi lantaran belanja menyangkut pembangunan nasional dan menjaga kesejahteraan rakyat.
"Belanja negara pemerintah pusat Rp1368,5 triliun atau tumbuh 16,9% yoy. Belanja dari pusat yang diberikan kepada pemda mencapai Rp562,1 triliun atau tumbuh 11,6%," ujar dia,
Sri Mulyani mengatakan realisasi belanja negara yang tumbuh tinggi juga diakibatkan pelaksanaan berbagai progtam yang langsung dirasakan masyarakat, terutama perlinsos, hingga subsidi pembangunan infrastruktur.
"Juga dukungan kegiatan pelaksanaan pemliu, dan nanti pilkada akan mempengaruhi kecepatan belanja," tegas dia.
(lav)