Grup Sinarmas dan Axiata Group Bhd dikabarkan hampir mencapai kesepakatan untuk menggabungkan operasi telekomunikasi mereka di Indonesia. Rencana penyelesaian transaksi merger akan diumumkan pekan ini, menurut sumber-sumber, dilaporkan Bloomberg, Selasa.
Pembicaraan masih berlangsung dan masih bisa mengalami penundaan, kata orang-orang tersebut.
Saat kesepakatan tersebut tercapai, berarti akan mengakhiri diskusi yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun. Negosiasi alot terjadi karena kedua perusahaan dikabarkan ingin tetap menjadi pemegang saham pengendali MergeCo.
Perwakilan dari kedua perusahaan menolak mengomentari kabar terbaru ini.
Diketahui, EXCL dan FREN pada Mei lalu elah menandatangani nota kesepahaman yang tidak mengikat.
Penyehatan industri telekomunikasi sudah menjadi perhatian pemerintah melalui Kementerian Kominfo (sekarang bernama Komdigi), merespons awal isu merger EXCL-FREN muncul.
Pemerintah memandang cukup tiga pemain provider seluler agar menciptakan efisiensi dan produktivitas. Hadirnya enititas baru pasca aksi merger, menjadikan operator tersisa Telkomsel (anak usaha PT Telkom Tbk), Indosat Ooredoo Hutchison, dan MergeCo.
“Pemerintah bukan memaksa, karena kalau kita, cuma tiga operator persaingannya sehat,” kata Budi Arie, Menkominfo di era pemerintahan Presiden Jokowi, bulan Oktober tahun lalu.
XL Axiata (EXCL) pada kuartal III-2024 mencatatkan laba Rp1,31 triliun, naik dari raihan tahun sebelumnya Rp999,99 miliar. Smartfren Telecom (FREN) dalam laporan terakhir hingga kuartal III-2024 mencatatkan kerugian bersih Rp1 triliun.
Saham EXCL membuka perdagangan Rp2.290 dan hingga pukul 9.45 waktu Indonesia, Rabu, turun 0.8% menjadi Rp2.270. Sepanjang tahun saham EXCL mengalami peningkatan harga sekitar 270 poin (13,5%).
Saham FREN masih belum bergerak di level Rp27. Secara year to date (ytd) FREN mengalami penurunan 23 poin (46%). FREN masuk dalam daftar saham papan pemantauan khusus full call auction (FCA) kembali menimbulkan panic selling.
(wep)