Logo Bloomberg Technoz

Data inflasi CPI tersebut menjadi data terakhir terpenting sebelum The Fed menggelar pertemuan pekan depan untuk menentukan bunga acuan.

Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sampai pagi ini menghasilkan median 0,3% untuk inflasi CPI November secara bulanan. Bila terealisasi, maka terjadi kenaikan karena pada bulan sebelumnya inflasi CPI tercatat 0,2%.

Secara tahunan, inflasi CPI Amerika diperkirakan naik juga 2,7% pada November, dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,6%.

Adapun inflasi inti CPI diperkirakan sebesar 0,3% secara bulanan dan 3,3% secara tahunan, tidak berbeda dengan bulan sebelumnya.

Ekonom Bloomberg Economics memperkirakan laporan inflasi CPI Amerika nanti malam akan mencatat inflasi inti sebesar 0,3% dalam empat bulan beruntun, yang konsisten dengan kenaikan laju tahunan di atas 3%. Angka itu juga lebih tinggi dibanding target The Fed 2%.

"Disinflasi CPI inti tampaknya telah terhenti sejak pertengahan tahun," kata tim Bloomberg Economics termasuk Anna Wong dan Chris G. Collins.

Pada dasarnya, data inflasi inti CPI tidak banyak menghentikan kekhawatiran di kalangan pengambil kebijakan bahwa kemajuan disinflasi mungkin telah terhenti. Namun, menurut ekonom, itu mungkin menjadi kekhawatiran minoritas. Sementara kelompok yang lebih besar termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell kemungkinan besar akan melihat peningkatan pembacaan dalam beberapa bulan terakhir sebagai hambatan.

"Pergerakan harga di pasar sangat mendukung penurunan bunga acuan pada pertemuan pekan depan, akan tetapi kami tidak yakin The Fed akan melakukannya," kata Wong.

Data inflasi November bisa membuat para pelaku pasar terus menebak-nebak tentang arah pemangkasan bunga acuan pekan depan.

Prakiraan Bloomberg Economics mendukung ekspektasi pembacaan inflasi inti yang tidak stabil, sementara ada isyarat penurunan pada inflasi headline.

"Yang lebih mengkhawatirkan bagi para pembuat kebijakan, inflasi tampaknya akan berada di atas target tahun depan dengan beberapa permodelan menunjukkan ada rebound permintaan," kata Scott Johnson, ekonom Bloomberg Economics dalam analisis terpisah.

Menghadapi tekanan pasar yang menguat di pasar pendapatan tetap, analis menyarankan agar para pemodal menimbang surat utang negara tenor menengah. "Tenor menengah 10-11Y di luar seri acuan seperti FR0080, FR0072 dan FR0068. Tenor pendek FR0086 & FR0090 juga dapat menjadi alternatif pilihan," kata tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.

Di tengah tekanan yang dialami oleh rupiah, mayoritas mata uang Asia berhasil menguat melawan dolar AS. Yen Jepang memimpin penguatan 0,32%, lalu baht 0,23%, disusul yuan offshore 0,14%, won Korsel 0,13%, dolar Singapura 0,12% serta ringgit dan renminbi masing-masing 0,07% dan 0,06%.

Sementara, pasar komoditas masih tangguh. Meski mulai ada keraguan akan peluang penurunan bunga The Fed, harga emas sejauh ini masih tangguh melanjutkan kenaikan ke kisaran US$2.699,21 per troy ounce setelah kemarin ditutup naik tajam 1,28%.

(rui)

No more pages