Saat ini, pelaku pasar tengah menantikan rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) yang akan keluar malam nanti waktu Indonesia. Pada November, konsensus pasar memperkirakan laju inflasi Negeri Paman Sam dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) adalah 0,2%. Sama persis dengan Oktober.
Sementara dibandingkan November tahun lalu (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 2,7%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan Oktober yaitu 2,6% yoy.
Sedangkan laju inflasi inti (core) diperkirakan 3,3% yoy pada November. Tidak berubah ketimbang Oktober.
Data inflasi akan menentukan arah kebijakan bank sentral Federal Reserve. Sejauh ini, pasar masih berekspektasi Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat Desember.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25-4,5% dalam rapat 18 Desember mencapai 85,8%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun karena ikut menurunkan opportunity cost.
(aji)