"Ini bisa mengurangi beban negara kalau kita bisa dapat obat-obat baru. Kalau pilihannya bertambah, dampaknya ketersediaan obat ini jelas lebih mudah karena bukan hanya satu perusahaan saja," ucap Taruna Ikrar.
Kedua obat tersebut telah dikembangkan oleh perusahaan farmasi Global BeiGene yang didistribusikan di Indonesia oleh PT Etana Biotechnologies Indonesia.
Etapid adalah suatu antibodi monoklonal yang telah disetujui lebih dari 40 negara, termasuk oleh FDA (Amerika Serikat) dan EMA (Eropa). Sedangkan, Brukinsa ialah inhibitor molekul kecil Burton Tyrosine Kinase (BTK) yang tersedia dalam bentuk oral (zanubrutinib).
Di Indonesia, Etapid diindikasikan untuk:
* Kanker paru-paru bukan sel kecil(non-small cell lung cancer/NSCLC)
* Karsinoma sel skuamosa esofagus(esophageal squamous cell carcinoma/ESCC).
Di Indonesia, Brukinsa diindikasikan untuk pengobatan:
* Makroglobulinemia waldenstrom(waldenstrom macroglobulinemia/ WM)
* Limfoma sel mantel (mantle cell lymphoma/ MCL).
* Leukemia limfositik kronis (chronic lymphocytic leukemia/ CLL)
* Limfoma limfositik kecil (small lymphocytic lymphoma/ SLL)
Tingkat keberhasilan terapi dari Etapid dan Brukinsa, menurut Taruna memiliki manfaat lebih besar ketimbang efek samping yang dialami pasien. Yakni seperti mual, kelelahan atau rasa tidak nyaman.
"Efikasi kedua obat ini mencapai 84%. Artinya angka keberhasilannya tinggi. Ini dapat memperpanjang waktu bertahan hidup pasien dan meningkatkan kualitas hidup mereka," jelas Taruna.
(ain)