Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu pastikan hingga hari ini, Selasa (10/12/2024), Apple Inc belum mengirimkan pernyataan tertulis komitmen investasi US$1 miliar sebagaimana keinginan pemerintah.

"Sampai saat ini belum kita terima," jelas Todotua di Jakarta, Selasa. Hari ini, tepat seminggu dari harapan Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani bahwa Apple akan segera merevisi komitmen investasi bidang manufakturnya dari sebelumnya US$100 juta.

Pemerintah masih punya keyakinan bahwa Apple akan serius memikirkan permintaan untuk menaikkan angka investasi menjadi US$1 miliar karena Indonesia memiliki pasar potensial.

Indonesia memiliki kekuatan ekonomi US$1 triliun dengan lebih dari 350 juta ponsel aktif, melebihi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa, menurut data pemerintah.

"Kita meminta itu adalah angka target yang harus dipenuhi, tapi kami rasa, kami punya keyakinan Apple punya keinginan yang serius untuk masuk investasi. Karena kita bicara negara kita, segmen market yang cukup besar ya," tutur Todotua.

Selasa pekan lalu Rosan meminta Apple Inc segera merealisasikan investasi di Indonesia dengan nilai US$1 miliar. Investasi Apple adalah bagian dari upaya perusahaan mendapatkan izin penjualan seri iPhone 16 di Indonesia.

"Saya minta, saya sudah bicara, Insya Allah untuk tahap pertama saya akan mendapatkan pernyataan tertulis mereka, investasi US$1 miliar untuk tahap pertama...mudah-mudahan dalam seminggu komitmen itu bisa saya dapat dan bisa kasih ke Kemenperin," terangnya. 

Pemerintah memang menagih investasi tambahan dari Apple sebagai bagian dari menciptakan rasa keadilan. Apple masih minim investasi dibandingkan rival produsen perangkat smartphone seperti Samsung atau Xiaomi. Padahal Apple sepanjang 2023 mampu meraup omzet Rp30 triliun dari penjualan 2,61 juta unit smartphone.

"Kita lihat fair-nya aja, you dapat asas manfaat di sini, invest di sini dong, ciptakan lapangan kerja juga dong di sini, paling penting bagaimana global value chain, [global] supply chain pindah ke kita," tegas Rosan.

(wep)

No more pages