Logo Bloomberg Technoz

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas mulai mantap zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 54,04. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 66,39. Menempati area beli (long) dan sudah lumayan kuat.

Akan tetapi, rasanya tekanan terhadap harga emas belum berhenti. Dalam waktu dekat, tetap waspadai risiko koreksi.

Target support terdekat adalah US$ 2.649/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka target paling pesimistis adalah US$ 2.635/troy ons.

Adapun target resisten terdekat ada di US$ 2.673/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas ke arah US$ 2.692/troy ons.

Ilustrasi emas batangan. (Dok: Bloomberg)

Inflasi AS

Dalam waktu dekat, sentimen yang akan mempengaruhi gerak harga emas adalah rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) yang keluar besok malam waktu Indonesia. Konsensus pasar memperkirakan laju inflasi Negeri Paman Sam pada November dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) adalah 0,2%. Sama persis dengan Oktober.

Sementara dibandingkan November tahun lalu (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 2,7%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan Oktober yaitu 2,6% yoy.

Sedangkan laju inflasi inti (core) diperkirakan 3,3% yoy pada November. Tidak berubah ketimbang Oktober.

Data inflasi akan menentukan arah kebijakan bank sentral Federal Reserve. Sejauh ini, pasar masih berekspektasi Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat Desember.

Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25-4,5% dalam rapat 18 Desember mencapai 85,8%.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun karena ikut menurunkan opportunity cost.

(aji)

No more pages