Hal itu seharusnya juga bisa membantu yuan yang dibayangi risiko pelemahan akibat kebijakan tarif Donald Trump ke depan. Yuan merupakan salah satu mata uang jangkar di regional Asia.
Stimulus ekonomi di China yang lebih banyak akan memberi sentimen baik bagi harga komoditas dan itu akan jadi kabar baik bagi Indonesia.
Beberapa hal itu akan mengimbangi beberapa beban saat ini mulai dari tensi geopolitik di Timur Tengah, Korea Selatan, di tengah penantian data inflasi AS juga keputusan bunga acuan kawasan utama seperti Zona Euro pekan ini.
Pada pembukaan pasar Selasa pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan ini masih tertekan. Yen memimpin pelemahan 0,15%, disusul won 0,06%, dolar Singapura 0,04%, yuan offshore 0,03%, ringgit 0,02%.
Pergerakan itu mungkin akan menyeret rupiah ikut melemah pagi ini. Rupiah juga mungkin masih akan terbebani oleh arus keluar dana asing yang belum terlihat mereda terutama dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sampai data terakhir perdagangan pekan lalu, arus keluar pemodal global dari dua instrumen itu masih berlanjut. Padahal pada November, asing sudah banyak keluar, masing-masing mencapai Rp18,5 triliun di SRBI dan Rp13,07 dari SBN.
Sedangkan di pasar saham, sebulan terakhir asing berhasil membukukan net buy senilai US$85,5 juta. Namun, selama kuartal IV, asing masih net sell US$1,69 miliar quarter-to-date.
Hari ini, Pemerintah RI akan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) rutin dengan target indikatif Rp22 triliun di tengah kenaikan yield yang berlangsung di pasar sekunder dalam beberapa hari terakhir, menyusul kenaikan bunga diskonto SRBI.
Bank Indonesia juga akan melaporkan hasil Survei Penjualan Eceran untuk bulan November. Setelah Keyakinan Konsumen membaik, kinerja penjualan ritel pada November tak berarti ikut langsung membaik.
Berdasarkan hasil survei yang dilansir sebelumnya, kinerja penjualan ritel pada November diprediksi meningkat dibanding Oktober, dengan Indeks Ekspektasi Penjualan tercatat lebih tinggi di 144,4.
Pada Oktober, penjualan ritel diperkirakan masih terkontraksi secara bulanan sebesar 0,5% hingga memperlambat laju tahunan dengan pertumbuhan hanya 1% dari tadinya tumbuh 4,8% pada September.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah masih akan berpotensi melemah, menuju area Rp15.880/US$ sampai dengan Rp15.900/US$. Level support terkuat rupiah pada Rp15.950/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial pada level Rp15.840/US$ di MA-200. Kemudian, target penguatan optimistis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.800/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.900/US$ usai tertekan, maka rupiah bisa makin melemah hingga Rp16.000/US$. Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga Rp15.800/US$ dalam tren jangka menengah, maka rupiah bisa menguat ke Rp15.700/US$ hingga MA-50.
(rui)