Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun pada perdagangan kemarin. Sejumlah sentimen menjadi penyebab koreksi tersebut.
Pada Senin (9/12/2024), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Februari berakhir di MYR 5.118/ton. Berkurang 0,2% dibandingkan hari sebelumnya.
Namun dalam sepekan terakhir, harga CPO masih membukukan kenaikan 3,23% secara point-to-point.
CPO juga menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga tertinggi tahun ini. Sepanjang 2024 (year-to-date/ytd), harga meroket 37,54%.
Oleh karena itu, risiko ambil untung (profit taking) akan selalu membayangi harga CPO. Maklum, potensi keuntungan yang bisa diraih bukan kaleng-kaleng.
Saat itu terjadi, maka kontrak CPO akan mengalami tekanan jual. Imbasnya, harga pun terpangkas dan ini yang rasanya terjadi kemarin.

Selain itu, perkembangan harga minyak nabati pesaing juga turut menyeret harga CPO ke zona merah. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) turun 0,71%. Sementara di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) terpangkas 0,28%.
Sedangkan harga minyak biji bunga matahari turun tipis 0,08%. Saat harga minyak nabati pesaing makin murah, maka keuntungan untuk beralih ke CPO menjadi berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini bisa saling menggantikan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih mantap di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,08. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, indikator Stochastic RSI berada di 81,45. Masih di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Dengan begitu, harga CPO masih berisiko mengalami koreksi. Target support terdekat ada di MYR 5.102/ton yang merupakan Moving Average (MA) 20. Jika tertembus, maka MYR 5.026/ton bisa menjadi target berikutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 5.169/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga CPO naik lagi menuju MYR 5.273/ton.
(aji)