Berita dari China jadi pengerek harga emas. Bloomberg News mengabarkan, bank sentral China (PBoC) membeli 160.000 troy ons emas pada November. Ini terjadi setelah PBoC absen di pasar selama 6 bulan berturut-turut.
China yang kembali membeli emas menunjukkan komitmen untuk mendiversifikasi cadangan devisa untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Meski begitu, jumlah emas yang dibeli PBoC sebenarnya tidak begitu banyak.
“Saya berhati-hati dalam melihat China yang berhenti membeli emas selama 6 bulan beruntun. Sudah menjadi rahasia umum bahwa PBoC melaporkan tidak ada pembelian emas tetapi kemudian menyatakan kepemilikan emas mereka melesat,” tegas Rhona O’Connell, Head of Market Analysis untuk EMEA dan Asia di StoneX Group Inc.
Sedangkan di Suriah, rezim pemerintahan Presiden Bashar Al Assad resmi terguling. Ibu kota Damaskus kini dikuasai kelompok pemberontak, dan Al Assad dikabarkan lari ke Moskow (Rusia).
Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven). Saat situasi tidak menentu, investor akan cenderung memilih emas.
“Kejatuhan pemerintahan di Suriah akan memicu permintaan (emas) masuk,” sebut riset ANZ Holdings Ltd.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sudah kembali ke zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 52,42. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 53,26. Menempati area beli (long) meski belum cukup kuat.
Akan tetapi, rasanya tekanan terhadap harga emas belum berhenti. Dalam waktu dekat, tetap waspadai risiko koreksi.
Target support terdekat adalah US$ 2.643/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka target paling pesimistis adalah US$ 2.633/troy ons.
Adapun target resisten terdekat ada di US$ 2.668/troy ons yang adalah MA-50. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas ke arah US$ 2.706/troy ons.
(aji)