Logo Bloomberg Technoz

Melihat kelompok pengeluaran, tercatat bila Keyakinan Konsumen naik tertinggi di kalangan konsumen dengan pengeluaran di atas Rp5 juta. IKK kelompok ini naik sampai 10,2 poin ke level tertinggi sejak Mei 2022. 

Bila dicermati lebih terperinci, kelas konsumen dengan pengeluaran teratas ini mencatat perbaikan kondisi penghasilan dibanding kelompok pengeluaran di bawahnya, di mana Indeks Penghasilan Saat Ini naik tertinggi hingga 8,2 poin. Konsumen kelas atas ini juga yang menilai kondisi lapangan kerja saat ini lebih baik dibanding enam bulan lalu, terlihat dari kenaikan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja hingga 5,9 poin.

Konsumen kelas atas juga menilai, kegiatan dunia usaha enam bulan ke depan akan lebih baik. Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha konsumen dengan pengeluaran di atas Rp5 juta melompat tinggi hingga 18,6 poin. Sementara ekspektasi ketersediaan lapangan kerja juga meningkat hingga 12,5 poin.

Sementara kelas pengeluaran terbawah yaitu Rp1 juta-Rp2 juta, keluar sebagai kelompok yang paling positif menilai ketersediaan lapangan kerja saat ini. Indeks kelompok ini terkait lapangan kerja naik tertinggi hingga 11,3 poin. Meski melihat prospek enam bulan ke depan, konsumen kelas terbawah tidak terlalu optimistis dengan kenaikan indeks cuma 2,7 poin, terendah dibanding kelompok pengeluaran lain di atasnya.

Penghasilan Memburuk

Lantas, bagaimana dengan kelas menengah? Ada tiga kelompok pengeluaran yang berada di tengah dalam survei konsumen. Yaitu, kelas pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta, lalu kelas pengeluaran Rp3,1 juta-Rp4 juta dan kelas pengeluaran Rp4,1 juta hingga Rp5 juta.

Di antara tiga kelompok menengah itu, konsumen dengan pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta menjadi yang paling muram persepsinya. Keyakinan Konsumen kelas ini hanya naik 0,4 poin akibat persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini juga ekspektasi ke depan yang bergeming. 

Kelompok ini menilai kondisi penghasilan mereka saat ini lebih buruk dibanding enam bulan lalu kendati pandangan terhadap ketersediaan lapangan kerja masih membaik. Namun, karena penghasilan yang memburuk, konsumen kelas ini juga menurunkan belanja durable goods mereka. 

Konsumen kelompok ini juga menilai, kondisi penghasilan mereka masih akan suram ke depan, sejalan dengan ekspektasi kegiatan dunia usaha yang juga menurun. Namun, optimisme pada ketersediaan lapangan kerja ke depan tercatat membaik.

Proporsi Konsumsi Turun

Ketika tingkat keyakinan konsumen mayoritas meningkat, kondisi keuangan rata-rata orang Indonesia mencatat penurunan proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi.

Pelanggan memindai kode QR untuk pembayaran digital di warung makan di kawasan Sabang di Jakarta. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Average propensity to consume ratio, yang mencerminkan alokasi pendapatan yang digunakan konsumen untuk konsumsi turun tipis 0,1 poin persentase menjadi 74,4%. 

Penurunan alokasi untuk konsumsi terutama dicatat oleh konsumen dengan pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp4 juta.

Adapun rata-rata proporsi pendapatan yang digunakan untuk cicilan utang meningkat terutama pada konsumen kelas pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta dan di atas Rp5 juta.

Sementara itu, proporsi tabungan secara umum masih stabil meski di beberapa kelas konsumen tercatat penurunan.

Bahkan terlihat juga indikasi masih terjadi fenomena 'makan tabungan'. Yaitu di konsumen kelas bawah dengan pengeluaran di bawah Rp2 juta, dan konsumen teratas. 

Dua kelompok konsumen itu mencatat penurunan proporsi tabungan ketika pada saat yang sama konsumsi mereka masih naik. Bahkan pada konsumen dengan pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta, mencatat penurunan konsumsi dan tabungan, sedang pada saat yang sama pengeluaran untuk cicilan utang naik terbanyak hingga 1,3 poin persentase.

(rui/aji)

No more pages