Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers antara lain PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang melesat 24,3%, saham PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) yang menguat 23,8%, dan saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang melejit 19,7%.

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) yang drop 11,7%, saham PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) yang jatuh 10,8%, dan saham PT Dosni Roha Indonesia Tbk (ZBRA) yang terpeleset 10,3%.

Sementara index saham utama Asia kompak menapaki jalur merah. Pada pukul 13.40 WIB, KOSPI (Korea Selatan), PSEI (Filipina), Shenzhen Comp. (China), Hang Seng (Hong Kong), SETI (Thailand), CSI 300 (China), KLCI (Malaysia), Shanghai Composite (China), Straits Times (Singapura), dan juga SENSEX (India) yang ambles masing-masing mencapai 2,78%, 0,65%, 0,64%, 0,64%, 0,45%, 0,36%, 0,28%, 0,25%, 0,12%, dan 0,04%.

Indeks KOSPI Korea Ambles di Senin 9 Desember (Bloomberg)

Di sisi berseberangan hanya ada tiga index yang berhasil menguat, dipimpin oleh IHSG (Indonesia) dengan kenaikan 0,36%, menyusul TW Weighted Index (Taiwan), Topix (Jepang), Nikkei 225 (Tokyo) yang menguat 0,31% dan 0,11%.

Bursa Asia lain yang terbenam di zona merah tersengat oleh ketidakpastian pasar di tengah jatuhnya Pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad oleh kelompok oposisi, yang merupakan pukulan besar bagi sekutu utama seperti Rusia dan Iran. Kejatuhan ini dapat mengubah dinamika regional di tengah konflik yang terus berlangsung.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Runtuhnya pemerintahan Assad mengejutkan kekuatan besar seperti Rusia, Iran, juga Amerika Serikat, dan Israel. Rusia dan Iran, yang sebelumnya membantu Assad mempertahankan kekuasaan sejak 2015, kini terpaksa menghadapi krisis ini dengan sumber daya yang terbatas akibat konflik lainnya, termasuk perang di Ukraina.

Pasar juga menghadapi ketidakpastian politik yang terus berlanjut di Korea Selatan (Korsel) dan menanti tanda-tanda stimulus baru dari Beijing. Ditambah lagi oleh sentimen kemungkinan dan skenario terhadap Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) Desember bulan ini.

“Ini akan menjadi pekan yang sibuk dengan berbagai risiko peristiwa di mana-mana,” tulis Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone Group Ltd. di Melbourne, dalam catatannya.

Angka inflasi AS yang tinggi mungkin tidak langsung membatalkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC minggu depan, tetapi bisa mempengaruhi prospek pelonggaran lebih lanjut dan menggerakkan dolar, mengutip catatan Chris.

“Proyeksi The Fed sudah mencerminkan pelonggaran bertahap, tetapi perlambatan lebih lanjut, bahkan jeda, mungkin diperlukan,” papar ekonom Societe Generale yang dipimpin Klaus Baader.

“Kami memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC Desember, tetapi itu pun bergantung pada data IHK mendatang.”

(fad/ain)

No more pages