"Harusnya 1,7 juta ton, hanya kita tadi diputuskan 900 ribu ton. Yang kekurangannya 800 ribu ton kita usahakan untuk melatih petani kita agar kualitasnya sesuai yang dibutuhkan, karena jagungnya sama saja sebetulnya," ujar dia.
Kemudian, lanjut Zulhas, keputusan penutupan keran impor garam dilakukan lantaran Indonesia telah mempunyai stok sebanyak 800 ribu ton, sememtara total kebutuhan sepanjang 2025 diperkirakan tidak akan lebih dikisaran 500-600 ribu ton.
Sementara itu, keran impor garam untuk kebutuhan industri juga dipangkas menjadi sebanyak 1,7 juta ton dibandingkan permintaan semula yang mencapai 2,5 juta ton.
"Industri kita [hanya] kasih 1,7 juta ton, selebihnya kita minta PN Garam mengolah garamnya agar juga bisa dipergunakan untuk industri. Jadi kita akan coba kerja keras selama 2 tahun ini untuk industri pun kita juga akan produksi di sini."
(ain)