Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya menyatakan bahwa Assad telah meninggalkan Suriah dan memerintahkan proses transisi kekuasaan secara damai. Hal ini terjadi setelah pasukan pemberontak berhasil memasuki Damaskus tanpa perlawanan pada Minggu (08/12/2024), mengakhiri hampir enam dekade pemerintahan keluarga Assad yang dikenal otoriter.
Kepentingan Rusia di Suriah
Sebagai pendukung utama Assad, Rusia yang mulai campur tangan di Suriah pada 2015 dalam intervensi terbesar di Timur Tengah sejak runtuhnya Uni Soviet, kini tengah berupaya mempertahankan posisinya. Pengaruh geopolitik Moskow di kawasan Timur Tengah yang lebih luas, serta dua pangkalan militer strategis di Suriah, kini dipertaruhkan.
Kesepakatan untuk mengamankan pangkalan udara Hmeimim di Provinsi Latakia dan fasilitas angkatan laut di Tartous menjadi angin segar bagi Moskow.
Fasilitas di Tartous adalah satu-satunya pusat perbaikan dan pengisian ulang di Mediterania yang dimiliki Rusia. Selama ini, Suriah telah menjadi titik transit penting bagi Rusia untuk mengirim kontraktor militernya masuk dan keluar dari Afrika.
Kehilangan Tartous akan menjadi pukulan serius bagi kemampuan Rusia untuk memproyeksikan kekuatan di Timur Tengah, Mediterania, dan Afrika, menurut analis militer Barat.
(del)