Sementara dibandingkan November tahun lalu (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 2,7%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan Oktober yaitu 2,6% yoy.
Sedangkan laju inflasi inti (core) diperkirakan 3,3% yoy pada November. Tidak berubah ketimbang Oktober.
Data inflasi akan menentukan arah kebijakan bank sentral Federal Reserve. Sejauh ini, pasar masih berekspektasi Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat Desember.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25-4,5% dalam rapat 18 Desember mencapai 85,1%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun karena ikut menurunkan opportunity cost.
Namun ini semua masih di atas kertas. Jika data inflasi ternyata lebih tinggi dari ekspektasi, maka bukan tidak mungkin ruang penurunan suku bunga acuan akan mengecil. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif bagi harga emas.
Oleh karena itu, sepertinya investor lebih memilih untuk wait and see. Sebelum data inflasi diumumkan, rasanya pelaku pasar lebih senang untuk menonton dari pinggir lapangan, belum mengambil keputusan besar.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih tertahan di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,31. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Adapun indikator Stochastic RSI ada di 3,65. Sudah jauh di bawah 20, yang berarti tergolong sangat jenuh jual (oversold).
Dengan demikian, sebenarnya harga emas berpeluang bangkit. Target resisten terdekat adalah Moving Average (MA) 5 di US$ 2.637/troy ons. Jika tertembus, mana MA-10 di US$ 2.640/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Target paling optimistis adalah MA-50 di US$ 2.667/troy ons,
Sementara target support terdekat adalah US$ 2.629/troy ons. Penembusan di titik ini berisiko membuat harga emas terseret ke arah US$ 2.623/troy ons.
(aji)