Negara-negara yang masuk kategori negara perekonomian maju mendominasi daftar negara dengan beban utang terbesar.
Adapun di kelompok pasar berkembang (emerging market), hanya China dan India saja yang tercatat memiliki utang jumbo dengan kisaran bobot sebesar negara-negara di kelompok developed market.
Berikut ini daftar negara di dunia dengan beban utang terbesar seperti terpantau dalam World Countries Debt Monitor yang diakses pada 4 Mei 2023:
-
Amerika Serikat, total nilai utang US$24,47 triliun
-
Jepang, total nilai utang US$9,28 triliun
-
China, total nilai utang US$3,78 triliun
-
Prancis, total nilai utang US$2,79 triliun
-
Inggris, total nilai utang US$2,78 triliun
-
Italia, total nilai utang US$2,64 triliun
-
Jerman, total nilai utang US$2,5 triliun
-
Spanyol, total nilai utang US$1,47 triliun
-
India, total nilai utang US$1,37 triliun
-
Brazil, total nilai utang US$1,18 triliun
-
Kanada, total nilai utang US$1,17 triliun
Adapun Indonesia tercatat memiliki utang sebesar US$ 506 miliar setara dengan Rp 7.403,79 triliun. Apabila mengacu pada publikasi Kementerian Keuangan RI, posisi utang pemerintah sampai 31 Maret 2023 mencapai Rp 7.879,07 triliun, naik Rp 17,39 triliun dari posisi bulan sebelumnya.
Posisi utang itu membawa rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) naik menjadi 39,17%, dibandingkan 39,09% pada Februari 2023. Sedang bila dibanding Maret 2022, kenaikan utang pemerintah Indonesia tercatat sebesar Rp 826,57 triliun.
Sebelum pandemi, rasio utang Indonesia baru sebesar 30,2%. Mengacu pada batas aman rasio utang terhadap PDB menurut International Monetary Fund (IMF), posisi rasio utang terhadap PDB per 31 Maret 2023 itu sudah melampaui batas aman di kisaran 25%-35%.
Mayoritas utang pemerintah Indonesia didominasi oleh utang dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) yang nilainya mencapai Rp 7.013,58 triliun. Di mana SBN dalam denominasi valas mencapai Rp 1.354,81 triliun
Gara-gara Pandemi
Lonjakan utang AS yang dramatis dalam beberapa tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari pecahnya pandemi Covid-19 yang telah memaksa banyak negara, bukan cuma Amerika, menggelontorkan duit dalam jumlah ekstra besar untuk menstimulasi perekonomian yang sekarat diterpa wabah terburuk dalam 100 tahun itu.
Amerika meluncurkan American Rescue Plan, program stimulus dengan nilai terbesar yang pernah diluncurkan oleh pemerintah senilai US$ 1,9 triliun, untuk menahan kejatuhan ekonomi akibat pandemi dengan merilis berbagai subsidi, bantuan dan insentif.
Bila mengacu pada data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan AS (US Treasury) total beban utang negara besar tersebut untuk tahun fiskal 2022 mencapai US$ 30,93 triliun. Utang yang luar biasa besar itu membuat rasio utang AS mencapai 124% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Amerika Pernah Default
Sejak 1866, ketika Amandemen ke-14 diadopsi, pemerintah AS tercatat pernah gagal membayar utang atau default sebanyak tiga kali, menurut catatan Desmon Lachman, Senior Fellow American Enterprise Institute, mantan Deputi Direktur IMF dan Chief Emerging Market Economics Strategist di Solomon Smith Barney, seperti dilansir oleh situs The Hill pada 8 Maret 2023 lalu.
Kasus default paling menghebohkan terjadi pada 1933, saat Presiden AS Franklin Roosevelt mengeluarkan Amerika dari standar emas.
Selama masa Depresi Besar, Gedung Putih, Kongres AS, dan Mahkamah Agung sepakat untuk menghapus sekitar 40% utang swasta dan publik Amerika, demikian diceritakan oleh Lachman.
Keputusan itu ditempuh dengan gampang, yaitu menolak menebus obligasi emas menjadi koin emas. Sebaliknya, pemerintah melunasi kewajiban obligasi emas dengan mata uang yang sudah terdepresiasi.
Contoh lain kala Amerika default terjadi pada Agustus 1972, saat Presiden Richard Nixon untuk sementara menutup “gold window” sebagai bagian dari upaya mendapatkan kembali kendali atas inflasi.
Dengan menutup “gold window”, pemerintah Amerika membatalkan komitmen finansial yang telah dibuatnya untuk seluruh dunia pada Konferensi Bretton Woods tahun 1944. Konferensi ini mengatur sistem moneter global pasca perang dunia berakhir.
Di Bretton Woods, Amerika sebelumnya berjanji menebus semua dolar AS yang ditahan seharga US$ 35 per troy ounce emas.
Saat Nixon menolak membiarkan bank sentral asing menyerahkan dolar AS mereka untuk emas, ia secara efektif “gagal” memenuhi kewajiban jangka panjang AS untuk membuat dolar sebaik emas.
Contoh lain, kasus gagal bayar utang AS adalah pada 1968 walau lebih kecil nilainya. Yaitu saat pemerintah AS menolak menepati janji menebus sertifikat perak dolarnya dengan dolar perak.
(rui)