Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas dunia turun tipis pada perdagangan akhir pekan lalu. Bagaimana dengan proyeksi untuk hari ini? Akankah harga sang logam mulia naik atau malah tercekik?
Pada Jumat (6/12/2024), harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 2.633,3/troy ons. Turun tipis hampir flat 0,02% dibandingkan hari sebelumnya.
Sepanjang minggu lalu, harga emas terpangkas 0,92% secara point to-point.
Lalu bagaimana dengan proyeksi harga emas terbaru? Bisakah harga bangkit?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih tersangkut di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,83. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 7,87. Sudah jauh di bawah 20, yang berarti sangat jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, harga emas berpeluang naik meski relatif terbatas. Syaratnya, pivot point di US$ 2.637/troy ons harus tertembus. Jika tertembus, maka target selanjutnya adalah Moving Average (MA) 5 di US$ 2.639/troy ons.
Akan tetapi, target paling optimistis ada US$ 2.668/troy ons yang merupakan MA-50.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.629/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi ke arah US$ 2.612/troy ons.

Penyebab Koreksi Harga Emas
Koreksi harga emas pekan lalu terjadi usai data terakhir menunjukkan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) sepertinya masih solid. Teranyar, US Bureau of Labor Statistics merilis data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll).
Pada November, perekonomian Negeri Adidaya menciptakan 227.000 lapangan kerja non-pertanian, Jauh lebih tinggi ketimbang Oktober, di mana angka revisi menunjukkan non-farm payroll di 36.000.
Realisasi November juga lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan di angka 200.000.
Sepanjang 2024, penciptaan lapangan kerja non-pertanian rata-rata bertambah 186.000 per bulan.
Saat ekonomi masih kuat, maka kebutuhan akan stimulus moneter belum terlalu mendesak. Ini membuat suku bunga berisiko akan tetap bertahan tinggi dalam waktu lama (higher for longer).
Hal tersebut ditegaskan oleh Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve) San Francisco Mary Daly. Dalam wawancara dengan PBS News Hour, Daly menyebut The Fed tidak perlu terburu-buru dalam menurunkan suku bunga acuan.
"Tidak ada urgensi, tetapi kami perlu terus mengkalibrasi kebijakan dengan cermat dan memastikannya sejalan dengan ekonomi yang kita miliki saat ini dan yang kita harapkan akan terjadi di masa mendatang," ujar Daly, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
(aji)