Logo Bloomberg Technoz

Dia menjelaskan nilai tambah yang dihasilkan dari penghiliran bijih tembaga ke konsentrat mencapai 95%. “Tetapi dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga, itu cuma 5% nilai tambahnya,” ujarnya.

Kondisi tersebut terbalik dari komoditas nikel, di mana makin hilir produk turunan bijih yang dihasilkan, nilai tambahnya akan makin tinggi.

Makanya kalau dilihat angka-angka [ekspor nikel] dari US$2 miliar atau US$3 miliar lalu naik menjadi US$34 miliar, itu karena memang nilai tambahnya besar sekali. Mungkin sekitar 70%, yaitu dari proses smelter-nya,” terang Tony.

“Kalau di tembaga ini terbalik, di proses smelter-nya, nilai tambahnya kecil, tetapi di konsentrat, nilai tambahnya besar.”

Bagaimanapun, Tony mengaku Freeport tetap mendukung upaya hilirisasi industri pertambangan tembaga yang digalakkan pemerintah, sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Walakin, dia memberi catatan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan bersama antara pemerintah dan pelaku agar misi hilirisasi industri pertambangan dapat lebih maksimal ke depannya.

Salah satunya adalah jaminan stabilitas politik, serta kepastian serapan pasar terhadap produk hilir yang dihasilkan dari investasi hilirisasi yang nilainya tidak sedikit.

“Pelaku usaha itu mau investasi di sektor apapun itu, memerlukan jaminan stabilitas politik. [...] Tinggal perlu mungkin fasilitasi, seperti tax holiday. Itu satu hal, tetapi fasilitas nonfiskal lainnya barangkali itu juga perlu ditingkatkan; seperti kemudahan berbisnis.”

Peresmikan produksi Smelter PT. Freeport Indonesia di Gresik, Senin (23/9/2024). (Tangkapan Layar Youtube Setpres)

Pemerintah sebelumnya memetakan 28 komoditas untuk dipacu proses penghiliran atau hilirisasinya, guna mendatangkan potensi pendapatan negara dari investasi senilai US$618,1 miliar (sekira Rp9,79 kuadriliun) setidaknya sampai dengan 2040.

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Edy Junaedi mengatakan peta jalan untuk hilirisasi 28 komoditas itu sudah dimatangkan.

Selain investasi, hilirisasi 28 komoditas itu digadang-gadang bisa mendatangkan devisa ekspor US$857,9 miliar (sekitar Rp13,59 kuadriliun), produk domestik bruto (PDB) US$235,9 miliar (sekitar Rp3,73 kuadriliun), serta serapan tenaga kerja sebanyak 3,01 juta orang.

“Kita sudah identifikasi, ada 28 produk unggulan yang secara sumber daya kita unggul. Bila ini bisa kita kelola dengan baik, ini potensinya Rp9.000 triliun,” ujarnya, medio bulan lalu.

Target investasi hilirisasi senilai Rp9,79 kuadriliun tersebut bahkan diharapkan dapat tercapai sekitar 50% dalam 5 tahun ke depan. Adapun, secara kumulatif, target investasi pada era pemerintahan Presiden Prabowo pada 2025—2029 mencapai Rp13.528 triliun.

“Saat ini, kontribusi [investasi hilirisasi terhadap] realisasi investasi baru 20%—22% dari Rp272,91 triliun. Itu dari [hilirisasi sektor] mineral, pertanian, kehutanan, migas, dan ekosistem EV [electric vehicle/kendaraan listrik],” terangnya.

(wdh)

No more pages