Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi kurtal 1 diprediksi akan turun -1% dibanding tumbuh 0,36% di kuartal akhir 2022. “Itu lebih pada faktor musiman di mana kontraksi pada kuartal pertama adalah buntut dari normalisasi pasca kenaikan konsumsi masyarakat pada libur Natal dan Tahun Baru,” jelas Faisal yang memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,94%, lebih rendah daripada hasil konsensus Bloomberg.
Berharap pada konsumsi rumah tangga
Perekonomian domestik masih akan lebih banyak didukung oleh laju konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tetap tangguh sejauh ini. Walau, dari sisi pertumbuhan, ekonom memperkirakan laju konsumsi rumah tangga pada kuartal 1 akan mendatar alias stagnan dibanding kuartal akhir 2022. Adapun belanja pemerintah diharap mulai bangkit. “Belanja pemerintah kemungkinan rebound dari posisi kontraksi [penurunan] pada kuartal 4 lalu,” jelas ekonom.
Laju konsumsi rumah tangga akan menjadi andalan besar Indonesia supaya perekonomian tetap bisa melaju di tengah berakhirnya pesta harga komoditas. “Perkiraan kami, aktivitas ekspor dan impor selama kuartal 1 akan melemah menyusul perlambatan perdagangan global karena suramnya perekonomian dunia,” imbuh Faisal.
Senada, menurut Ekonom LPEM Universitas Indonesia Teuku Riefky, neraca perdagangan Indonesia sudah melewati akhir dari commodity windfall.
"Penurunan harga komoditas dapat menurunkan surplus perdagangan Indonesia pada 2023 karena ekspor masih bergantung pada bahan mentah dan komoditas. Estimasi penurunan surplus perdagangan sebagian telah tercermin dalam surplus perdagangan yang lebih rendah pada kuartal-I 2023 dibandingkan dengan surplus di kuartal-IV 2022 karena penurunan ekspor maupun impor," ujar Riefky.
Sebagai motor utama pertumbuhan, konsumsi rumah tangga akan mengharap dukungan pada penurunan tekanan harga. Sejauh ini tren inflasi memang sudah melandai lebih cepat dan lebih rendah ketimbang perkiraan bank sentral sendiri. Bahkan pada April saat puncak konsumsi masyarakat terjadi, inflasi domestik juga makin landai di 4,33%.
Riefky meyakini, aktivitas konsumsi domestik sudah mulai pulih dan akan membawa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal 1-2023 ke kisaran 4,92%, lebih rendah daripada konsensus ekonom Bloomberg.
"Aktivitas domestik yang kuat terutama saat Ramadan dan Idul Fitri 2023 akan membawa pertumbuhan tahun ini 4,9%-5%," kata Riefky dalam analisis yang diterima oleh Bloomberg Technoz.
Bank Indonesia (BI) justru lebih optimistis memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2023 bisa sedikit di atas 5%.
"Untuk pertumbuhan ekonomi, geliat kita lebih baik. Konsumsi swasta lebih kuat, investasi non-bangunan bagus. Kami perkirakan bias ke atas," kata Perry, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2023 di Jakarta, Selasa (18/4/2023).
"Untuk pertumbuhan ekonomi, geliat kita lebih baik. Konsumsi swasta lebih kuat, investasi non-bangunan bagus. Kami perkirakan bias ke atas."
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia
Ekonomi kuartal I-2023, lanjut Perry, diperkirakan tumbuh sedikit di atas 5%. Kemudian pada kuartal II-2023 bisa 5,1% atau bahkan lebih, karena dorongan Ramadan-Idul Fitri. Untuk keseluruhan 2023, BI memperkirakan ekonomi Tanah Air tumbuh dalam kisaran 4,5-5,3%. "Bias ke atas dalam sasaran tersebut," kata Perry.
Apa kata ekonom Bloomberg?
“Laju ekspansi pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan menurun pada kuartal 1-2023. Perlambatan pertumbuhan kredit dan melemahnya permintaan eksternal menjadi penyebab perlambatan. Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun jadi 4,95% year-on-year dari sebesar 5,01% pada kuartal sebelumnya. Kabar baiknya adalah motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu konsumsi rumah tangga sepertinya mulai bangkit. Kepercayaan konsumen naik secara konsisten sepanjang kuartal 1 di mana penjualan ritel dan kredit konsumer juga naik. Daya beli juga mengalami perbaikan menyusul tekanan harga yang melandai.”
– Tamara Henderson, Ekonom Bloomberg untuk ASEAN
(rui/roy)