Kemampuan Eropa untuk mengisi kembali stok gas akan bergantung pada keinginan China terhadap LNG yang ditentukan oleh tingkat keparahan konsumsi musim dingin China.
Ekspor AS diramal akan tetap kuat sepanjang 2025. Akan tetapi, jika ada gangguan pasokan apa pun dapat menyebabkan harga melonjak dan tetap tinggi dengan risiko utama di titik-titik rawan Timur Tengah termasuk koridor transit Laut Merah.
“Rute pasokan utama Rusia melalui Ukraina juga diharapkan akan menghentikan pasokan gas alam ke Eropa pada akhir 2024,” papar BMI.
Diramal bullish 2025
Dalam jangka pendek, harga gas alam akan didukung oleh peningkatan permintaan untuk pemanas selama musim dingin 2024-2025. Namun, tingginya tingkat penggunaan gas dalam penyimpanan dapat membatasi tingkat lonjakan harga.
BMI memperkirakan dalam jangka panjang menunjukkan pertumbuhan harga yang berkelanjutan dari 2026 hingga 2028, dengan rata-rata US$3,9 juta Million British Thermal Unit (MMBTU). Hal ini didorong oleh sektor LNG AS yang sedang berkembang dan permintaan yang kuat dari sektor listrik.
“Potensi keterlambatan dalam pembangunan terminal ekspor LNG baru dan perubahan dalam kebijakan produksi gas alam dapat memengaruhi proyeksi ini,” tulis BMI dalam laporannya.
Faktor pendukung bullish
Harga gas Eropa tetap jauh di atas rata-rata tahun berjalan pada minggu ini, dengan kontrak bulan depan Title Transfer Facility (TTF) Belanda naik 1,7% dari minggu sebelumnya, ditutup pada EUR47,0/MWh pada 4 Desember.
Ini merupakan peningkatan sebesar 16,7% month to month (mtm) dan deviasi 38,9% dari rata-rata tahun berjalan (EUR33,9/MWh).
“Kenaikan harga didorong oleh penarikan penyimpanan yang lebih cepat dari yang diantisipasi karena suhu yang lebih dingin. Pada 3 Desember [2024], penyimpanan sebanyak 84,2% dibandingkan dengan periode yang sebelumnya sebesar 93,9%,” kata BMI.
Tingkat penarikan dari penyimpanan gas di Eropa menghadirkan risiko kenaikan yang signifikan untuk harga di 2025. Hal ini terjadi karena penumpukan penyimpanan cadangan akan dimulai dari basis yang lebih rendah dari tahun sebelumnya, yang mendorong permintaan dari periode kuartal-II dan seterusnya.
Risiko kenaikan lebih lanjut terjadi dari kesepakatan transit gas Rusia-Ukraina yang berakhir pada akhir tahun ini, yang menambah kekhawatiran pasokan.
BMI juga memproyeksikan impor LNG meningkat 2,4% di Eropa, dari 127,1 miliar bcm pada 2024 menjadi 130,1 miliar bcm pada 2025. Pengiriman pipa dari Norwegia juga meningkat 9% tahun ini, yang seharusnya membatasi dampak pada harga.
Terlepas dari beberapa risiko kenaikan, BMI tetap mempertahankan harga gas Eropa di level EUR36/MWh untuk 2024 dan EUR32/MWh pada 2025.
“Prospek jangka panjang untuk harga gas Eropa adalah bearish karena surplus yang diantisipasi di pasar LNG global. Proyek LNG baru dari Qatar, AS, dan Mozambik diharapkan dapat meningkatkan pasokan secara signifikan dan mendorong harga turun.”
Peneliti BMI mencatat, stagnasi industri di Eropa dan peralihan ke energi terbarukan akan semakin mengurangi permintaan gas alam. Namun, gangguan potensial akibat ketegangan geopolitik dan cuaca ekstrem tetap menjadi risiko bagi prospek pasokan, yang dapat memengaruhi harga dalam jangka pendek.
(mfd/roy)































