Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - BMI, lengan riset Fitch Solutions, memproyeksikan harga minyak mentah Brent akan bertengger pada rerata US$76/barel pada 2025, angka ini menurun dari ramalan sebelumnya di level US$78/barel.

“Harga yang ditetapkan pada awal tahun di level yang sedikit lebih rendah daripada yang kami perkirakan pada Agustus [2024], saat kami pertama kali menetapkan perkiraan sebelumnya,” papar BMI dalam laporannya dikutip Jumat (6/12/2024).

BMI menyebut proyeksi di level US$78/barel diasumsikan ketika Kemala Harris akan menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). Meskipun demikian, Presiden AS Donald Trump di masa kedua jabatannya memiliki makna yang beragam bagi harga minyak dunia.

Efek Trump, minyak dunia diramal akan bearish dibandingkan jika Harris terpilih. Setidaknya dalam jangka waktu enam hingga 12 bulan. 

Kilang minyak. (Bloomberg)

Di sisi lain, Keputusan terbaru OPEC+ untuk memperpanjang pengurangan produksinya dari Desember 2024 hingga Maret 2025 akan memberikan stabilitas serta membantu menjaga harga tetap di bawah harga pasar.

“Namun, data kami masih menunjukkan kelebihan pasokan tahun depan, didorong oleh pertumbuhan yang kuat dalam produksi non OPEC+,” tulis lembaga tersebut.

Hal itu terjadi karena faktor ketidakpastian yang cukup besar, termasuk ketidakpastian mengenai pemerintahan Trump yang berimplikasi terhadap konflik geopolitik, penerapan tarif baru, dan sanksi rezim terkati minyak.

Risiko Permintaan Meningkat

Tim periset BMI memperkirakan permintaan minyak didukung oleh faktor tingkat pertumbuhan pada 2025 yang hampir sama dengan pertumbuhan di 2024. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan karena mengarah pada risiko penurunan.

Dari perspektif permintaan, sumber ketidakpastian utama adalah bagaimana Trump akan menerapkan biaya tarif setelah menjabat serta dampaknya terhadap aktivitas ekonomi, perdagangan, inflasi, dan dolar AS.

“Kami yakin tindakan tarif sebenarnya akan lebih terbatas daripada yang ditunjukkan oleh pernyataan agresifnya. Mengingat hal ini kemungkinan merupakan posisi awal untuk negosiasi. Penerapannya kemungkinan dilakukan bertahap, untuk membantu mengelola dampak makroekonomi makro dan meredam volatilitas pasar,” papar lembaga tersebut.

Risiko jangka pendek tetap tinggi

Dari perspektif harga minyak, risiko geopolitik utama berasal dari Timur Tengah. Di satu sisi, pemerintahan Trump kemungkinan akan mendorong berakhirnya konflik dengan Israel. Namun, hasil yang memuaskan akan sulit dicapai dan perang mungkin akan meningkat terlebih dahulu, sebelum mereda.

“Analis kami percaya bahwa Israel kemungkinan akan mengintensifkan pertempuran di Gaza, dan mungkin terhadap kelompok yang didukung Iran di pasar lain, untuk memperkuat posisinya menjelang negosiasi gencatan senjata,” papar BMI.

“Mereka memperkirakan konflik terus berlanjut antara Israel dan Iran. Hal ini akan menyebabkan risiko sporadis pada Brent selama beberapa bulan mendatang. Meskipun demikian, pasar menjadi tidak peka terhadap perkembangan di kawasan tersebut dan premi ini kemungkinan akan tetap kecil dan berdurasi pendek.”

(mfd/roy)

No more pages