Penyakit ini muncul pada saat sirkulasi influenza meningkat, dan penyebabnya kemungkinan besar ditularkan melalui udara, kata Dieudonné Muamba, direktur jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional.
Spesimen pasien sedang dianalisis di laboratorium nasional di Kinshasa, sekitar 500 kilometer (311 mil) dari zona wabah.
Pengujian dapat diselesaikan dalam waktu 48 jam, dengan hasil yang dirilis pada akhir pekan, kata para pejabat.
Wabah ini makin menimbulkan kekhawatiran akan kemunculan patogen baru yang berpotensi menyebar ke seluruh dunia, hanya beberapa tahun setelah Covid memaksa negara-negara menutup perbatasan dan membuat kegiatan ekonomi dan sosial terhenti.
Awal tahun ini, penyebaran cacar air atau Mpox jenis baru mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit ini sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, meskipun penyebaran virus ke luar Afrika masih bersifat sporadis.
Otoritas kesehatan di Hong Kong mengatakan pada Kamis malam bahwa mereka akan memperketat pemeriksaan di bandara bagi pengunjung yang datang dari Johannesburg dan Addis Ababa, dua pusat transit di Afrika yang bisa mengangkut pelancong dari Republik Demokratik Kongo.
Di Jepang, Kementerian Luar Negeri juga menyarankan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak penting ke wilayah yang terdampak wabah tersebut.
CDC Afrika mendukung pejabat Kongo dengan para ahli epidemiologi, ilmuwan laboratorium, dan ahli pencegahan dan pengendalian infeksi, kata Kaseya, seraya menambahkan bahwa wabah tersebut merupakan tantangan dalam mendeteksi penyakit di seluruh negara yang luas itu, di mana banyak wabah mematikan terjadi secara bersamaan.
"Inilah mengapa kami mendukung negara itu untuk membangun kapasitas yang kuat dalam pengawasan," ujarnya.
(bbn)