Keduanya menumbangkan jagoan koalisi super gemuk, KIM Plus yang mengusung Sukawijaya alias Yoyok Sukawi dan Joko Santoso. Mereka mendapat sokongan 13 partai politik yaitu Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Nasdem, PKS, PAN, PKB, PPP, PSI, Partai Buruh, Partai Gelora, Partai Garuda, dan Partai Perindo.
Berdasarkan data KPU, Yoyok-Joko hanya meraih 356.976 suara atau setara 42,89% suara sah.
Usai reformasi, PDIP mulai mendominasi Kota Semarang pada Pilkada 2010. Pada saat itu, mantan Sekda Kota Semarang Soemarmo Hadi Saputro maju sebagai calon wali kota usai bergabung sebagai kader PDIP. Dia menggandeng kader PDIP, Hendrar Prihadi.
Keduanya pun menang menjadi kepala daerah Kota Semarang periode 2010-2015. Akan tetapi, di tengah jalan, Soemarmo harus kehilangan jabatannya usai terjerat kasus korupsi. KPK menetapkan Soemarmo sebagai tersangka dan menyeretnnya ke pengadilan hingga divonis bersalah pada Mei 2013. Hendrar kemudian mengambil alih tongkat kepemimpinan hingga akhir masa jabatan yaitu Juli 2015.
Hendrar kemudian maju sebagai calon wali kota pada Pilkada Kota Semarang 2015. Dia memilih kader PDIP lainnya yaitu Hevearita Gunaryanti Rahayu sebagai calon wakil wali kota. Keduanya pun menang dengan mengalahkan Soemarmo yang kembali maju namun sebagai kader PKB; dan jagoan koalisi Gerindra Sigit Ibnugroho.
Pada Pilkada Kota Semarang 2020, duo kader PDIP yaitu Hendrar dan Hevearita kembali maju sebagai satu paket pasangan calon. Hal ini membuat seluruh partai politik berlabuh kepada pasangan ini dan menciptakan lawan yaitu kotak kosong. Pada saat pemungutan suara, Hendrar-Hevearita meraih 91,6% suara sah.
Akan tetapi, Hendrar tak bisa melanjutkan masa jabatannya usai diangkat Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kepala LKPP pada Oktober 2022. Sejak saat itu, jabatan wali kota Semarang diampu Hevearita.
(red/frg)