“Negara maju juga diuntungkan karena konsisten jalankan skema NCQG [New Collective Quantified Goals] membayar utang iklimnya,” sebut Bhima.
Lebih lanjut, dia menggarisbawahi komitmen Presiden Prabowo Subianto memadamkan PLTU di Indonesia dalam 15 tahun perlu ditindaklanjuti secara serius. Apalagi, kebutuhan dana untuk penutupan pembangkit batu bara tidaklah kecil.
Celios mengestimasikan kebutuhan dana pensiun PLTU batu bara hingga 2050 mencapai sekitar Rp444 triliun. Bhima pun tidak memungkiri pemerintah dihadapkan pada keterbatasan anggaran untuk mengumpulkan dana tersebut.
“Kewajiban pembayaran bunga dan utang jatuh tempo tahun depan saja diperkirakan mencapai 45% dari total APBN [Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara], sehingga manuver untuk program transisi energi kian terbatas,” lanjutnya.
Dalam rangka memberikan solusi percepatan pemensiunan PLTU batu bara tanpa mengganggu APBN, Celios menyarankan agar pemerintah memanfaatkan skema pertukaran utang tersebut untuk memensiunkan PLTU secara bertahap.
Berikut daftar 19 PLTU yang bisa dilakukan debt swap :
1. PLTU Suralaya
PLTU milik PLN yang berlokasi di Banten memiliki total kapasitas 4.025 Megawatt (MW) menghasilkan emisi CO2 sebanyak 20,51 ton per tahun. Biaya untuk menghasilkan daya per Terawatt hour (Twh) sebesar Rp271,9 miliar (menggunakan konversi kurs 16.000 per US$)/Twh). PLTU yang berusia 16 tahun itu didirikan untuk memenuhi jaringan listrik Jawa dan Bali.
2. PLTU Paiton
PLTU yang sudah berusia 14 tahun ini berlokasi di Jawa Timur dengan kapasitas 1.460 MW menghasilkan emisi 7,40 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp79 miliar.
3. PLTU Pelabuhan Ratu
PLTU yang berlokasi di Jawa Barat ini memiliki kapasitas 1.050 MW dan menghasilkan emisi 5,16 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebanyak Rp717,5 miliar. PLTU Pelabuhan Ratu dibangun sejak 2013, saat ini berusia 12 tahun.
4. PLTU Indramayu
PLTU milik PLN yang telah berusia 15 tahun itu memiliki kapasitas 990 MW dengan menghasilkan emisi 4,87 ton CO2/ tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp534,1miliar.
5. PLTU Pangkalan Susu
PLTU yang berlokasi di Sumatera Utara ini berkapasitas 840 MW dengan menghasilkan emisi 4,22 ton CO2/ tahun. PLTU milik PLN tersebut telah berusia 10 tahun sejak dibangun pada 2015 lalu. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh yakni Rp414,9 miliar.
6. PLTU Tanjung Awar-awar
PLTU yang berlokasi di Jawa Timur ini memiliki kapasitas 700 MW dan menghasilkan 3,44 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp275 miliar bagi PLTU yang dibangun sejak 2012 tersebut.
7. PLTU Nagan Raya
PLTU yang berlokasi di Provinsi Aceh itu memiliki total kapasitas sebesar 620 MW. PLTU yang baru berusia 2 tahun itu menghasilkan emisi 3,44 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebanyak Rp122,2 miliar.
8. PLTU Pacitan
PLTU yang telah berusia 14 tahun itu menghasilkan emisi sebanyak 3,10 ton CO2/tahun. PLTU milik PLN ini memiliki total kapasitas 630 MW. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp978 miliar.
9. PLTU Rembang
PLTU yang berlokasi di Jawa Tengah ini memiliki kapasitas sebesar 630 MW dan menghasilkan emisi sebanyak 3,10 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebanyak Rp219,5 miliar.
10. PLTU Labuan
PLTU yang berlokasi di Banten ini memiliki kapasitas 600 MW dan menghasilkan emisi 2,95 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh bagi PLTU telah berusia 16 tahun ini sebesar Rp634,5 miliar/Twh.
11. PLTU Adipala
PLTU yang berlokasi di Jawa Tengah ini memiliki kapasitas 660 MW dengan menghasilkan emisi 2,95 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh bagi PLTU yang dibangun sejak 2015 itu yakni Rp975 miliar/Twh.
12. PLTU Bukit Asam
PLTU yang berlokasi di Sumatera Selatan ini memiliki total kapasitas 260 MW dengan menghasilkan emisi 1,54 ton ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan PLTU berusia 38 itu untuk menghasilkan daya per Twh sebanyak Rp217,9 miliar.
13. PLTU Labuan Angin
PLTU milik PLN yang berlokasi di Sumatra Utara ini memiliki total kapasitas 230 MW dan menghasilkan emisi 1,29 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh bagi PLTU berusia 17 tahun ini sebanyak Rp177,4 miliar/Twh.
14. PLTU Teluk Sirih
PLTU yang berlokasi di Sumatra Barat ini memiliki total kapasitas 224 MW dan menghasilkan emisi 1,19 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp197 miliar.
15. PLTU Ombilin
PLTU yang telah berusia 29 tahun ini berlokasi di Sumatra Barat. PLTU milik PLN itu memiliki total kapasitas 200 MW dengan menghasilkan emisi 1,15 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebanyak Rp175,7 miliar.
16. PLTU Tenayan
PLTU yang berlokasi di Riau ini memiliki kapasitas 220 MW dengan menghasilkan emisi 1,08 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh Rp173 miliar bagi PLTU berusia 9 tahun tersebut.
17. PLTU Tarahan
PLTU yang berlokasi di Provinsi Lampung ini memiliki total kapasitas 200 MW dengan menghasilkan emisi 1,07 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp130 miliar.
18. PLTU Sebalang
PLTU berusia 10 tahun ini berlokasi di Provinsi Lampung memiliki total kapasitas 200 MW. PLTU milik PLN ini menghasilkan 0,97 ton CO2/tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh sebesar Rp199,2 miliar.
19. PLTU Air Anyir
PLTU yang berlokasi di Bangka Belitung ini memiliki total kapasitas 60 MW dengan menghasilkan emisi 0,32 ton CO2/tahun.Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per Twh PLTU berusia 11 tahun ini sebanyak Rp67,9 miliar.
(ain)