Saat stok di Malaysia terkendala, Indonesia pun demikian. Pada 2025, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bertekad untuk memulai program B40, yaitu campuran bahan bakar nabati sebanyak 40% dalam bahan bakar minyak. Ini akan membuat permintaan CPO domestik meningkat sehingga menurunkan potensi ekspor.
Ditambah lagi, Ramadan pada 2025 diperkirakan jatuh pada akhir Februari. Jadi dalam waktu tidak lama lagi, permintaan CPO domestik akibat momentum Ramadan akan terjadi.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO mantap di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 70,32.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun, perlu diwaspadai pula bahwa RSI di atas 70 adalah pertanda sudah jenuh beli (overbought).
Sinyal overbought kian nyata dengan indikator Stochastic RSI yang sudah 90,12. Di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli.
Oleh karena itu, koreksi harga CPO akan menjadi risiko yang tidak bisa dikesampingkan. Target support terdekat ada di MYR 5.062/ton. Jika tertembus, maka MYR 5.007/ton bisa menjadi target berikutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 5.149/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik lagi ke arah MYR 5.194/ton.
(aji)