Dirinya bahkan membandingkan iPhone yang dijual di Vietnam, Singapore, Malaysia, hingga Taiwan, yang justru kian menaikkan tingkat komponennya. Menurutnya hal tersebut terjadi bukan karena adanya permintaan pemenuhan TKDN.
"Tapi memang karena komponen mereka itu memiliki daya saing. Sehingga bisa meningkat. Nah itu [baru] market mechanism," jelasnya.
"Nah Indonesia mau seperti itu tapi by force, bukan by market mechanism. Jadi memang di sini kesannya adalah Kita mau produk kita dipakai, tapi sebetulnya kalau ada paksaan tersebut nggak ada yang mau pakai. Salah satunya iPhone."
Adapun alasan lain banyaknya negara meninggalkan TKDN, kata Teuku, karena kebijakan tersebut hanya untuk menutupi kekurangan daya saing yang dimiliki oleh produk domestik.
"Mereka nggak bisa trace dan track, apakah produk mereka itu makin memiliki daya saing atau nggak," tuturnya.
(wep/ain)