Budi menambahkan, hal paling mendasar antara investasi saham dan judi adalah, tidak ada disiplin ilmu yang khusus mempelajari judi. Sementara, ada ilmu yang bisa dipelajari dan terdapat analisa untuk investasi saham.
"Judi juga tidak memberikan dividen," tegas Budi.
"Iya, mereka ada yang trading atau jual beli dalam jangka pendek. Tapi, secara umum, kurang tepat jika investasi saham dikatakan judi dan juga [narasi investasi saham sama seperti judi] jadi kurang mendorong kemajuan pasar modal kita."
Setali tiga uang, Founder Stocknow.id Hendra Wardana menilai kurang tepat jika investasi saham disamakan dengan perjudian. Sebab, keduanya memiliki esensi dan mekanisme yang berbeda.
Perbedaan utama antara saham dan judi terletak pada landasan analisis dan pengelolaan risiko. Dalam berinvestasi saham, keputusan didasarkan pada analisis fundamental dan teknikal, seperti kondisi keuangan perusahaan, prospek bisnis, hingga tren pasar global.
Investor yang teredukasi memiliki kesempatan untuk mengelola risiko melalui diversifikasi portofolio, pengaturan alokasi aset, dan pemahaman terhadap profil risiko masing-masing.
"Sebaliknya, perjudian mengandalkan keberuntungan tanpa dasar analisis yang jelas, dan hasilnya biasanya bersifat zero sum, di mana kerugian satu pihak menjadi keuntungan pihak lain," tutur Hendra.
Judi hanya menguntungkan bandar, karena semua perputara uang masuk ke sana.
Pasar modal, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI), berfungsi sebagai sarana yang memungkinkan masyarakat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi melalui penggalangan dana dari emiten dan investasi masyarakat.
Keikutsertaan investor ritel tidak hanya memberikan peluang keuntungan bagi individu, tetapi juga meningkatkan likuiditas dan stabilitas pasar secara keseluruhan.
"Jika narasi bahwa saham adalah perjudian terus berkembang, hal ini dapat menurunkan minat masyarakat untuk berinvestasi, terutama dari kalangan investor ritel yang sedang bertumbuh. Padahal, partisipasi mereka sangat penting dalam memperkuat basis pasar modal domestik."
BEI dan pelaku pasar lainnya telah berupaya keras meningkatkan literasi keuangan dan inklusi investasi melalui program edukasi, seperti Sekolah Pasar Modal dan kampanye publik.
Dengan pemahaman yang baik, investor ritel dapat menjadikan saham sebagai alat untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, bukan sebagai ajang spekulasi berlebihan.
Maka, Hendra menambahkan, daripada menyamakan saham dengan judi, penting bagi semua pihak untuk menekankan aspek edukasi dan mendorong masyarakat untuk menjadi investor yang cerdas dan bertanggung jawab.
"Dengan cara ini, kita dapat menciptakan ekosistem investasi yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia."
(dhf)