Logo Bloomberg Technoz

Bos Freeport Curhat Sulitnya Hilirisasi Tembaga di Indonesia

Redaksi
05 December 2024 13:40

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menilai masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas dari upaya hilirisasi sektor pertambangan tembaga di Indonesia, khususnya dari aspek serapan pasar di dalam negeri.

Pada saat penambang dituntut oleh pemerintah untuk menggenjot investasi di lini hilir, Tony menilai kesiapan industri domestik dalam menyerap produk yang dihasilkan oleh pabrik pemurnian dan pengolahan atau smelter masih belum cukup agresif.

Dia mencontohkan kasus yang dialami langsung oleh Freeport, di mana perseroan diminta untuk membangun smelter tembaga pertama pada 1997 melalui PT Smelting, melalui kerja sama dengan Mitsubishi Corp, untuk menghasilkan konsentrat.

Kemudian, Freeport diminta lagi untuk membangun smelter katoda tembaga di Manyar, Gresik, Jawa Timur senilai Rp56 triliun untuk mengolah konsentrat menjadi katoda. Jaraknya hanya berselang 10 km dari smelter terdahulu.

“Artinya, itu telah terjadi dua kali ekspansi, sehingga saat ini kapasitas input-nya 1,3 juta ton konsentrat [tembaga], dan kapasitas output-nya 330.000 ton katoda tembaga. Sejak kira-kira 10 tahun yang lalu, itu 50%-nya masih diekspor,” ujar Tony di agenda Indonesia Mining Summit, dikutip Kamis (5/12/2024). 

Seorang pekerja memantau operasi penambahan air ke konsentrat di kompleks pertambangan Grasberg milik Freeport di Papua./Bloomberg-Dadang Tri