"Realitas (defisit) ini tidak akan hilang begitu saja karena mosi tidak percaya," kata Barnier kepada para anggota parlemen sebelum pemungutan suara, seraya menambahkan bahwa defisit anggaran akan kembali menghantui pemerintahan mana pun yang akan berkuasa.
Belum pernah ada pemerintahan Prancis yang kalah dalam mosi tidak percaya sejak pemerintahan Georges Pompidou pada tahun 1962. Macron mengawali krisis ini dengan mengadakan pemilihan umum dadakan pada Juni yang menghasilkan parlemen yang terpolarisasi.
Prancis kini berisiko mengakhiri tahun ini tanpa pemerintahan yang stabil atau anggaran 2025, meskipun konstitusi mengizinkan langkah-langkah khusus yang akan mencegah penutupan pemerintahan seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS).
Gejolak politik Prancis akan semakin melemahkan Uni Eropa yang sudah terguncang akibat runtuhnya pemerintahan koalisi Jerman, dan beberapa minggu sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
"Kita telah sampai pada momen kebenaran," ujar pemimpin Partai Rally Nasional (National Rally) sayap kanan, Marine Le Pen, seraya menambahkan bahwa rencana anggaran penghematan Barnier sangat berbahaya dan tidak adil, serta akan menimbulkan kekacauan bagi Prancis.
Partai sayap kiri Prancis Unbowed (LFI) menuntut pengunduran diri Macron. "Dengan adanya mosi tidak percaya ini, seluruh politik Emmanuel Macron telah dikalahkan dan kami menuntutnya untuk mundur," ujar anggota LFI, Mathilde Panot.
(ros)