Melalui aktivitas pasar, saham perseroan langsung drop pada level Rp3.860/saham. Nilai ini sekaligus yang paling rendah sepanjang hari perdagangan, Selasa. Total transksasi saham PTBA Selasa mencapai Rp56,13 miliar. PTBA saham menyentuh batas ARB pertamanya di bulan baru.
Penurunan berlanjut hingga Rabu (3/4/2023) kemarin namun lebih besar, bahkan kembali menyentuh batas ARB. Saham PTBA turun 270 poin atau 6,99% ke level Rp3.590/saham.
Aktivitas perdagangan saham PTBA lebih banyak sekitar 214.316 saham dibandingkan pada selasa hanya 145.438 saham. Nilai transaksi juga lebih tinggi sekitar Rp86,63 miliar.
Aktivitas tak jauh berbeda terjadi Kamis (4/5/2023) pagi. Tren penurunan masih terjadi, dan hingga saat ini saham PTBA berada pada posisi Rp3.550/saham atau turun 1,1% dibandingkan posisi sebelumnya. Namun investor cukup aktif bertransaksi atas saham PTBA.
Saham anak usaha MIND ID ini jadi salah satu yang teraktif dengan 629.394 saham telah diperdagangkan. Nilainya juga tertinggi dalam tiga hari terakhir, yaitu sebesar Rp223,45 miliar. Aktivitas perdagangan masih terjadi.
Salah satu faktor yang mendasari anjloknya saham PTBA adalah rilis kinerja kuartal I perseroan yang mencatatkan penurunan. Laba bersih turun 48% menjadi Rp1,1 triliun. Laba bruto turun 40,7% menjadi Rp2 triliun.
Buruknya kinerja bersumber dari naiknya beban pendapatan sekitar 66$ menjadi Rp7,8 triliun.Salah satu yang jadi perhatian terkait meningkatnya beban adalah, pembayaran atas royalti kepada pemerintah. Nilai royalti naik 165% menjadi Rp1,29 triliun.
Dari sisi pendapatan dari bisnis tambang batu bara PTBA justru mencatat kenaikan 21% menjadi Rp9,9 triliun. Total penjualan batu bara perseroan juga naik 26% menjadi 8,8 juta ton dengan ekspor sebesar 3,6 juta ton, atau naik 59% dari sebelumnya. Untuk realisasi Domestic Market Obligation (DMO) juga naik 10% menjadi 5,2 juta ton.
Sementara produksi batu bara PTBA per 31 Maret 2023 6,8 juta ton, naik sekitar 7% dari posisi yang sama tahun lalu. Pada periode ini harga batu bara masih berfluktuasi efek isu geopolitik. Atas dasar itu, pendalaman pasar dalam negeri jadi fokus manajemen PT Bukit Asam.
(wep/roy)