"Saya bilang tunggu dahulu, harus kita bicara jelas, berapa lama ini kerjanya? Jangan sampai [masalah kebakaran smelter] ini dianggap nanti Freeport jadikan ini alasan untuk ekspor raw material terus karena untung dari pada smelter tidak terlalu banyak," ucap Bahlil.
Sekadar catatan, Freeport sebelumnya sudah mendapatkan relaksasi ekspor yang membuat pemerintah menunda rencana pelarangan ekspor konsentrat tembaga, yang sedianya diagendakan pada Mei 2024, lantaran smelter katoda di Manyar belum bisa beroperasi sesuai tenggat.
Kementerian ESDM bahkan sampai melakukan revisi Peraturan Menteri ESDM No. 7/2023 tentang Kelanjutan Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri. Revisi harus dilakukan karena beleid tersebut masih mengatur bahwa ekspor hanya bisa dilakukan hingga 31 Mei 2024.
Freeport lantas diberi kelonggaran untuk tetap bisa mengekspor konsentrat tembaga sampai dengan 31 Desember 2024.
Masih Dibahas
Pada perkembangan lain, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga selepas 31 Desember 2024 masih dibahas.
“Mau dirapatin dahulu,” ujarnya saat ditemui terpisah, di sela agenda Indonesia Mining Summit 2024.
Alih-alih, Tri menyebut saat ini fokus Kementerian ESDM masih berkutat pada investigasi penyebab kebakaran smelter katoda tembaga Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur pada 14 Oktober 2024.
“[Hal] yang jelas kan ada tim investigasi. Dari kepolisian juga ada. Dari keselamatan juga ada. Nanti hasilnya seperti apa, kan antara disengaja atau tidak, akan ketahuan,” kata Tri.
Sebelumnya, Freeport-McMoRan Inc (FCX) mengonfirmasi anak usahanya di Indonesia tengah melakukan koordinasi dengan pemerintah agar diberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga, usai kejadian kebakaran di smelter katoda tembaganya.
Kebakaran tersebut menimpa fasilitas pemisahan gas bersih atau gas cleaning plant di pabrik pemurnian atau smelter katoda tembaga milik PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur pada medio Oktober.
Freeport-McMoRan tidak menjelaskan dengan lengkap periode relaksasi ekspor konsentrat yang diajukan, tetapi meminta agar anak usahanya di Indonesia bisa diberikan relaksasi hingga operasi smelter kembali pulih.
“Sehubungan dengan kebakaran yang baru saja terjadi di smelter baru PTFI dan upaya pemulihan yang diperlukan, PTFI tengah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengizinkan keberlanjutan ekspor konsentrat tembaga hingga operasi smelter kembali pulih,” tulis FCX dalam pernyataan resmi, akhir Oktober.
FCX melaporkan PTFI telah mendapatkan izin ekspor konsentrat tembaga dan anode slimes yang berlaku hingga Desember 2024.
“Sesuai dengan peraturan Indonesia, PTFI akan terus membayar bea ekspor sebesar 7,5% atas konsentrat tembaga," tulis Freeport-McMoRan.
-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi
(wdh)