Dengan kata lain, produk yang masuk ke Uni Eropa harus dipastikan bebas dari deforestasi dan tidak mempengaruhi kelestarian hutan. Akibatnya, ada sejumlah komoditas yang dinilai menyebabkan deforestasi di antaranya sawit, kopi, daging, kayu, kakao, kedelai dan karet.
"Jadi kedua hal tersebut harus dilakukan secara paralel. Karenanya perlu dilakukan terus dialog dengan EU," ujar Fadhil.
"Jangan sampai salah satu produk kita yang terkena; misal high risk country langsung semua produk yang masuk dalam kriteria EUDR dan ekspor ke EU terkena, ini sebenarnya tidak fair karena yang kena adalah negaranya bukan produknya," kata Ketua Umum Gapki Eddy Martono secara terpisah.
Diberitakan sebelumnya,
Uni Eropa mencapai kesepakatan sementara untuk menunda undang-undang (UU) penting untuk mengatasi deforestasi hingga akhir tahun depan. Sehingga, rantai pasokan komoditas global mulai dari kopi hingga daging sapi punya lebih banyak waktu untuk bersiap-siap.
Kesepakatan yang dicapai dengan para anggota parlemen pada Selasa (3/12/2024) membuat gejolak beberapa bulan terakhir bagi salah satu rencana lingkungan hidup Uni Eropa yang paling luas jangkauannya hampir berakhir.
UU tersebut mendapat penolakan besar dari negara-negara raksasa pertanian, seperti Brasil dan Indonesia, serta negara-negara Uni Eropa, seperti Austria dan Finlandia.
(ain)