Logo Bloomberg Technoz

Heejin Kim - Bloomberg News

Bloomberg, Warga Korea Selatan (Korsel) yang marah berunjuk rasa memprotes Presiden Yoon Suk Yeol setelah upayanya memberlakukan status darurat militer di negara itu gagal. Deklarasi itu mengguncang negara yang trauma atas sejarah panjang penindasan otoriter.

Hingga tengah hari di Seoul, ratusan warga Korsel yang diliputi kemarahan — tua dan muda — turun ke jalan. Mereka menyerukan agar Yoon digulingkan — dengan mengundurkan diri, dimakzulkan, atau bahkan ditangkap.

"Yoon harus segera mengundurkan diri," kata Park Sam-choon, pria berusia 76 tahun. "Yoon tampak seperti anak laki-laki berusia lima tahun. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan."

Bagi banyak orang, kekacauan yang terjadi tadi malam — termasuk saat tentara mencoba menyerbu gedung Majelis Nasional — menghidupkan kenangan menyakitkan tentang pemerintahan militer Korea beberapa dekade lalu sebelum bertransisi menjadi negara demokrasi.

Ketakutan akan otoritarianisme begitu kuat di Korea sehingga presiden dilarang menjabat lebih dari satu kali masa jabatan lima tahun.

Dua wanita paruh baya mengatakan bahwa mereka sangat ketakutan saat melihat tentara tadi malam mencoba memasuki gedung parlemen.

"Saya pikir ini adalah perang — melihat tank-tank di jalan dan para anggota parlemen memanjat pagar pembatas," kata Lee Hyang-min, seorang wanita berusia 68 tahun.

"Kami tidak ingin dia membuat Korea menjadi negara yang tidak bahagia lagi. Dia tidak peduli dengan rakyat."

Bagi Jeong Won-sook, seorang wanita berusia 58 tahun yang tinggal di pinggiran kota Seoul, tindakan Yoon telah mempermalukan negaranya di mata dunia.

"Citra Korea telah memburuk secara signifikan karena Yoon," kata Jeong. "Investor asing tidak mau berinvestasi di Korea lagi. Teman-teman saya yang tinggal di luar negeri mengatakan kepada saya bahwa mereka merasa sangat malu."

(bbn)

No more pages