Kenaikan harga minyak nabati lainnya ikut mengatrol harga CPO. Kemarin, harga minyak kedelai di Dalian (China) meroket 2%. Sementara di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) terangkat 1,3%.
Sedangkan harga minyak biji bunga matahari menguat 0,06%. Kemudian harga minyak rapeseed bertambah 0,09%.
Saat harga minyak nabati pesaing makin mahal, maka keuntungan untuk beralih ke CPO akan bertambah. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan.
Sementara itu, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menaikkan harga referensi CPO dan tarif bea keluar. Untuk Desember, harga referensi CPO dipatok US 1.071,67/ton dan tarif bea keluar di US$ 178/ton. Naik dari posisi November dengan harga referensi US$ 961,97/ton dan bea keluar US$ 124/ton.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO mantap di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,35. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 66,86. Menghuni area beli (long) yang bahkan lumayan kuat.
Namun sepertinya harga CPO akan terkoreksi dalam waktu dekat. Maklum, kenaikannya sudah begitu tinggi.
Target support terdekat ada di MYR 5.059/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertebus, maka MYR 5.031/ton bisa menjadi target berikutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 5.085/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik lagi ke arah MYR 5.093/ton.
(aji)