Indeks dolar AS pagi ini kembali dibuka menguat dan saat ini bergerak di 106,38.
Tekanan yang masih dihadapi oleh rupiah terjadi ketika indeks saham bertahan di zona hijau pagi ini. IHSG dibuka naik 0,03% dan kini makin menguat ke kisaran 7.218, setelah kemarin ditutup trengginas dengan kenaikan 2,11%.
Adapun di pasar surat utang, sebagian kecil tenor INDOGB bergerak turun imbal hasilnya di mana yield 2Y saat ini ada di 6,75%. Sedangkan tenor 5Y dan 10Y masing-masing tertahan di kisaran 6,81% dan 6,89%, seperti ditunjukkan data realtime Bloomberg pagi ini.
Kelesuan masih memberati pasar domestik hingga menyulitkan rupiah mendapatkan dukungan.
Gelar lelang sukuk negara (SBSN) yang dilangsungkan kemarin masih minim peminat meski penurunan incoming bids terbilang tipis. Investor terlihat masih mengurangi risiko dengan lebih memilih tenor pendek dalam lelang.
Sentimen eksternal terutama terkait potensi kebijakan AS di bawah rezim Donald Trump masih jadi pemberat utama aset-aset emerging market.
Meski begitu, pernyataan para pejabat Federal Reserve (The Fed) yang cenderung dovish dan mendukung peluang pemangkasan Fed fund rate lebih lanjut pada pertemuan bulan ini, sedikit mengimbangi tekanan pada valuta emerging termasuk rupiah.
Saat ini rupiah telah menembus support pertama di Rp15.960/US$, dan selanjutnya akan bergerak ke level support berikut di Rp15.980/US$.
Rupiah memiliki support terkuat di Rp16.000/US$ sekaligus sebagai support psikologis.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial pada level Rp15.900/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.850/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.000/US$ usai tertekan, maka ada potensi untuk lanjut melemah dalam jangka menengah (Mid-term) ke Rp16.050/US$.
Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.800/US$, mata uang berpotensi terus menguat hingga Rp15.770/US$ sampai dengan Rp15.750/US$.
(rui)