Logo Bloomberg Technoz

“Pukul 11 ​​malam tadi, saya mendeklarasikan darurat militer dengan niat tegas untuk menyelamatkan negara dalam menghadapi kekuatan anti-negara yang berusaha melumpuhkan fungsi penting negara dan tatanan konstitusional demokrasi bebas,” tegasnya, seperti dilansir dari Yonhap News.

“Namun, ada tuntutan dari Majelis Nasional untuk pencabutan darurat militer, (Saya) telah menarik pasukan yang dimobilisasi untuk melaksanakan urusan darurat militer,” imbuhnya.

Presiden Korsel Yoon Suk Yeol umumkan pencabutan darurat militer. (Kantor Kepresidenan Korea Selatan/Getty Images via Bloomberg)

Kabinet Yoon menyetujui mosi untuk mengakhiri status darurat militer pada pukul 04:30 pagi, sekitar enam jam setelah ia membuat deklarasi darurat militer.

Imbasnya para investor beramai-ramai keluar dari pasar karena mendapati situasi politik di negeri itu semakin memanas.

“Kami memperkirakan akan ada sedikit volatilitas hari ini,” kata Jung In Yun, Kepala Eksekutif di Fibonacci Asset Management Global Pte.

“Dalam jangka pendek, ini akan menjadi peluang beli. Dalam jangka panjang, masalah diskon Korea akan terus berlanjut dan menjadi penghambat pertumbuhan.”

Sentimen tersebut sejatinya berhasil diimbangi oleh sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), pernyataan para pejabat The Fed yang cenderung dovish dan mendukung peluang pemangkasan Fed Fund Rate lebih lanjut pada pertemuan bulan ini.

Gubernur The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan pemotongan suku bunga bulan ini belum pasti, tetapi masih menjadi bahan pertimbangan para pembuat kebijakan.

“Untuk menjaga perekonomian tetap dalam kondisi baik, kita harus terus mengkalibrasi ulang kebijakan,” kata Daly pada Selasa dalam wawancara di Fox Business.

Komentar Daly ini kurang lebih sejalan dengan beberapa pembuat kebijakan lain yang telah berbicara minggu ini dan penjelasan bahwa mereka memperkirakan Bank Sentral AS akan terus memangkas suku bunga pada tahun depan.

Deputi Gubernur Federal Reserve (The Fed) Adriana Kugler menyatakan optimis terhadap jalur inflasi dan kondisi ekonomi yang lebih luas.

Tingkat Suku Bunga The Fed. (Bloomberg)

Kugler mengatakan ia masih melihat data tersebut konsisten dengan inflasi yang berada di jalur menuju target The Fed sebesar 2%, tetapi 'pekerjaan belum selesai'. Ia mengatakan inflasi jasa perumahan, khususnya, masih tetap tinggi.

“Saya melihat pengaturan kebijakan kami saat ini berada pada posisi yang baik untuk menghadapi ketidakpastian yang kami hadapi dalam mengejar kedua mandat ganda kami.”

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor juga mencerna komentar dari pejabat tinggi Bank Sentral AS. 

“Pada Senin, tiga pejabat tinggi Federal Reserve menjelaskan mereka meyakini Federal Reserve akan terus memangkas suku bunga tahun depan, tetapi tidak berani mengatakan mereka berkomitmen untuk melakukan pemangkasan suku bunga di bulan ini,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, pasar mengantisipasi data ADP Non-Farm Employment Change yang diperkirakan turun ke 166 ribu di November 2024 dari 233 ribu di Oktober 2024.

“Indikasi penurunan signifikan di sektor tenaga kerja tersebut dinilai pasar menjaga peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed di Desember 2024,” mengutip riset Phintraco.

Dengan sentimen itu, saham-saham blue chip, terutama saham bank, kembali dapat dicermati.

Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi TLKM, BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI.

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG mulai mengalami teknikal rebound dan berpotensi menguji resisten MA-20 di 7.232. 

“Penguatan masih bersifat sementara, waspadai penurunan lebih dalam jika IHSG turun di bawah support 7.041,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya.

BRI Danareksa juga memberikan catatan, tren IHSG masih bearish. Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, AMMN, ASII, dan INDF.

(fad/aji)

No more pages