Siapkan Capex
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengakui realisasi produksi siap jual atau lifting minyak nasional terus meleset dalam beberapa tahun terakhir. Untuk itu, perseroan akan meningkatkan investasi tahun depan.
Pertamina, kata Simon, juga siap mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk wilayah kerja baru untuk meningkatkan lifting minyak, meski tidak mendetailkan berapa anggaran yang disiapkan.
“Akan sesuai dengan strategi kita untuk dual growth. Jadi untuk legacy business masih perlu juga untuk kita dorong,” ujarnya.
Simon menyebut, saat ini Indonesia memiliki potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan sebanyak 128 cekungan. Dari 128, baru 20 cekungan yang dikerjakan oleh Pertamina.
“Jadi masih banyak sekali potensi yang harusnya bisa mendorong lifting kita supaya lebih berhasil. Apabila ada area pengembangan yang bisa kita kerjakan, itu yang akan kita fokuskan sekarang,” tutur Simon.
Adapun, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hudi Suryodipuro mengatakan sampai saat ini terdapat 301 penemuan cadangan minyak yang tidak dikembangkan atau undeveloped discovery oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
“Kami akan menanyakan kepada semua KKKS jadi mau diapain? Undeveloped discovery itu berarti eksplorasinya sudah ada penemuan, tetapi somehow itu dianggurin,” kata Hudi di sela agenda MedcoEnergi National Media Engagement di Jakarta Utara, akhir pekan lalu.
Kondisi tersebut menjadi tantangan ketika SKK Migas diberikan mandat oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk merealisasikan lifting di atas target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2025.
Tahun depan, target lifting minyak mencapai 605.000 bopd dalam APBN 2025, sedangkan lifting gas sejumlah 1,005 juta barel setara minyak per hari atau barrels of oil equivalent per day (boepd).
Target tersebut mengalami penyesuaian dari masing-masing 635.000 bopd dan 1,033 boepd dalam APBN 2024. Laporan terakhir SKK Migas mengeklaim bahwa realisasi lifting kumulatif minyak dan gas bumi per 31 Oktober 2024 berada di level 1,56 juta boepd, atau 90% dari target APBN tahun ini yang ditetapkan sebanyak 1,66 juta boepd.
“Kami sedang berpikir keras bagaimana kita exit point pada 2024 tidak boleh lebih rendah dari 2023 dan tantangan berikutnya adalah bagaimana kita bisa mendorong setelah 2025 ke sana itu kecenderungannya harus ada peningkatan,” kata Hudi.
(wdh)