Pada Desember 2020, sentimen positif datang dari regional dan juga global. Kala itu, IHSG bangkit ke teritori positif berkat berbagai kebijakan stimulus dan insentif Pemerintah, mencakup perbaikan ekonomi, kehadiran vaksin, guna mengatasi penyebaran Covid-19, bersamaan pemberian bantuan tunai/non-tunai kepada masyarakat.
Euforia pasar menyambut vaksin Sinovac di Indonesia mengerek IHSG hingga menguat signifikan, memberikan harapan akan keberhasilan diatasinya masa-masa pandemi dan mendorong pulihnya ekonomi nasional.
Dari global, sejumlah negara di dunia juga bergerak cepat terkait dengan optimisme akan pemulihan ekonomi, termasuk negara Amerika Serikat yang makin riset mendalam vaksin-vaksin Covid-19 seperti kesuksesan Pfizer dan Moderna.
Adapun sentimen selanjutnya datang neraca perdagangan RI yang berhasil mencatat surplus di saat tahun 2020 terasa berat. Dengan prospek surplus neraca transaksi berjalan dan surplus neraca finansial, surplus dalam tren ekspansif.
Dengan pencapaian tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia November 2020 tetap tinggi, mencapai US$ 133,6 miliar, berada di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor.
Menurut catatan, RDG BI pada 16-17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate di 4%. Untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi, termasuk dukungan BI kepada Pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN tahun 2020.
Sentimen Perdagangan Saham di Desember 2024
Untuk sentimen Desember 2024 di tahun ini, ada beberapa sentimen dan katalis yang dapat mempengaruhi gerak IHSG baik dari sisi positif dan juga sebaliknya.
Sejatinya IHSG masih terbebani oleh rilis data inflasi, dan juga PMI manufaktur Indonesia periode November 2024. Pertama, rilisnya data inflasi RI pada November, yang hasilnya masih menjadi yang terendah sejak Juni 2021 berada pada level inflasi 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm). Lebih tinggi ketimbang Oktober yang sebesar 0,08% mtm.
Sementara, dibandingkan November tahun lalu (year-on-year/yoy), inflasi tercatat 1,55% yoy. Lebih rendah ketimbang realisasi Oktober sebelumnya di 1,71% yoy.
Yang menarik dan jadi catatan, inflasi RI masih menjadi yang terendah sejak Juni 2021.
Angka inflasi November juga makin jauh di bawah median target inflasi Bank Indonesia tahun ini di 2,5%.
Kedua, di pembuka Desember juga terdapat rilis data aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Tercatat, aktivitas manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi. Ini sudah terjadi selama 5 bulan. S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur di Indonesia pada November adalah 49,6.
Angka ini memang membaik ketimbang Oktober yang sebesar 49,2. Namun PMI di bawah 50 berarti aktivitas sedang mengalami kontraksi, bukan ekspansi.
PMI manufaktur Indonesia sudah 5 bulan berturut-turut berada di bawah 50.
Hasil survei PMI manufaktur terbaru Indonesia membawa kabar kurang positif. Pemesanan baru (New Orders) mengecewakan, dan pemesanan ekspor pun menurun. Aktivitas pasar yang sepi, terlihat dari pelemahan daya beli.
Padahal, manufaktur menjadi penting untuk menjadi perhatian dunia investasi. Manufaktur adalah kontributor utama pembentukan Produk Domestik Bruto dari sisi lapangan usaha. Ketika sektor ini tumbuh dan berekspansi, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut tumbuh.
Agenda Penting di Desember 2024
Selanjutnya pada Desember 2024 ini akan terdapat agenda laporan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada 9 Desember, angka penjualan eceran atau ritel yang diumumkan pada 10 Desember, neraca perdagangan termasuk angka ekspor dan impor Indonesia pada 16 Desember.
Termasuk akan ada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terkait suku bunga acuan 17–18 Desember 2024.
Adapun jika dibandingkan dengan indeks regional, atau rekan-rekannya di Asia, IHSG kompak dengan yang lainnya di data rata-rata historis kinerja Desember yang hijau cerah, di mana indeks Nikkei 225 Tokyo Stock Exchange menguat 0,42%, Straits Times Index Singapura melesat 1,84%, indeks Korea Stock Exchange atau KOSPI meninggi 3,24%. Terlebih, Hang Seng Index Hong Kong mencatatkan kenaikan 3,29% dan pada data rata-rata perdagangan saham dalam 5 tahun.
Jika mencermati lebih lanjut, kenaikan paling tinggi dilangsungkan oleh Hang Seng Index Hong Kong dengan penguatan mencapai 3,29% pada data rata-rata perdagangan saham Desember dalam 5 tahun.
Sentimen Index Hang Seng yang Pimpin Kenaikan
Adapun sentimen yang mempengaruhi laju indeks utama Hong Kong datang dari pernyataan Kepala Eksekutif John Lee yang mengumumkan pelonggaran lebih lanjut atas pembatasan di kota tersebut. Menyiratkan keberhasilan Pemerintah setempat dalam bangkit dan pulih dari masa-masa sulit Covid-19.
Dalam konferensi pers, Lee menyatakan bahwa Hong Kong akan menghapus semua tes PCR wajib bagi wisatawan yang datang. Ia juga mengumumkan bahwa skema paspor vaksin akan dibatalkan, dan Pemerintah akan menerapkan “langkah-langkah yang lebih terfokus” untuk meningkatkan vaksinasi.
“Hong Kong telah mencapai tingkat vaksinasi yang relatif tinggi,” kata Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee. Ia menambahkan bahwa kota tersebut memiliki “jumlah obat yang cukup untuk melawan Covid.”
(fad/ain)