Ketika ditanya bagaimana AS dapat mengeluarkan senjata senilai US$6,8 miliar pada 20 Januari, Mayor Jenderal Patrick Ryder, juru bicara Pentagon, mengatakan kepada wartawan bahwa "kami memahami situasi yang mendesak di Ukraina dan arahan presiden, dan akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan Ukraina mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan."
Dalam pernyataannya, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan bahwa "antara sekarang dan pertengahan Januari, kami akan mengirimkan ratusan ribu peluru artileri tambahan, ribuan roket tambahan, dan persenjataan penting lainnya untuk membantu Ukraina mempertahankan kebebasan dan kemerdekaannya."
Pemerintahan Biden terus maju di tengah ketidakpastian tentang bagaimana Presiden terpilih Donald Trump akan menangani dukungan AS untuk Kyiv dalam perangnya melawan invasi Rusia. Dalam kampanye pada Pilpres lalu, Trump berjanji akan mengakhiri perang dengan cepat begitu ia menjabat.
Jenderal Purnawirawan Keith Kellogg, yang dipilih Trump sebagai utusan khusus untuk Ukraina dan Rusia, pernah menyinggung kemungkinan untuk menghentikan bantuan militer ke Kyiv.
Namun, ia juga mengatakan kepada Fox News bahwa keputusan Biden untuk mengizinkan Ukraina menembakkan rudal ATACMS buatan AS ke wilayah Rusia "memberikan pengaruh lebih besar kepada Presiden Trump."
Secara terpisah, Gedung Putih minggu lalu meminta Kongres untuk memberikan tambahan US$24 miliar dalam bentuk bantuan keamanan untuk Ukraina karena stok senjata AS semakin menipis.
Gedung Putih berupaya menetapkan dana tersebut sebagai "pengeluaran darurat." Pemerintah meminta US$8 miliar untuk Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina, yang membiayai kontrak senjata jangka panjang dengan kontraktor pertahanan AS.
Sisa US$16 miliar lainnya akan digunakan untuk menambah stok senjata AS. Namun, paket ini bergantung pada persetujuan Kongres, yang dianggap sebagai hal yang tidak mungkin.
(bbn)