“Risiko untuk mencapai mandat ganda komite untuk memaksimalkan lapangan kerja dan stabilitas harga telah bergeser sedemikian rupa, sehingga keduanya hampir seimbang. Jadi kami juga harus mulai mengalihkan kebijakan moneter ke arah sikap yang tidak menstimulasi atau menahan aktivitas ekonomi,” tulis Bostic dalam esai yang dirilis Senin, mengacu pada Federal Open Market Committee (FOMC The Fed) yang menentukan suku bunga.
Bostic mengatakan dia pikir inflasi berada di jalur yang berkelanjutan menuju target The Fed di 2%, meskipun ada ketidakstabilan dalam data.
Pernyataan itu menaikkan ekspektasi pasar akan pemangkasan Fed Fund Rate sebesar 25 bps pada FOMC pertengahan bulan ini. Probabilitasnya kini meningkat dari 66% menjadi 75,4%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para trader bersiap untuk serangkaian data ekonomi dan pidato dari para pejabat Federal Reserve yang akan membantu membentuk keyakinan prospek suku bunga acuan.
Pejabat The Fed Christopher Waller mengatakan ia cenderung memilih pemotongan suku bunga pada Desember, di mana harga swap lebih dari 70% dari pemotongan seperempat poin bulan ini.
“Saat ini saya cenderung mendukung penurunan suku bunga kebijakan pada pertemuan Desember,” kata Waller dalam pidato tertulisnya di konferensi tentang tinjauan kerangka kerja The Fed di Washington yang disponsori American Institute for Economic Research.
“Faktor lain yang mendukung pemotongan suku bunga lebih lanjut adalah bahwa pasar tenaga kerja tampaknya akhirnya seimbang, dan kami harus berusaha mempertahankannya seperti itu.”
Tom Essaye dari The Sevens Report menjelaskan, ini adalah pekan terakhir sekaligus pekan data ekonomi yang benar-benar penting terakhir tahun 2024.
“Jika hasilnya tepat, maka investor akan mengharapkan soft landing dan pemotongan suku bunga bulan Desember. Hal itu akan menjaga kondisi momentum yang positif untuk kenaikan harga di akhir tahun,” terangnya.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor masih mempertimbangkan kemungkinan dampak terhadap inflasi dari janji Presiden AS Terpilih Donald Trump untuk memberlakukan tarif baru yang cukup tinggi atas barang impor yang berasal dari mitra dagang utama AS yaitu Meksiko, Kanada, dan Tiongkok.
“Pasca pandemi, pertumbuhan Ekonomi AS telah melampaui negara-negara maju lainnya. Investor merasa optimis bahwa trend ini akan bertahan, berdasarkan pada ekspektasi bahwa kebijakan ekonomi Trump akan mendorong pasar domestik AS sementara kebijakan proteksionisme perdagangan akan merugikan negara-negara lain di dunia,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari regional, Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, penurunan inflasi Indonesia ke 1,55% yoy di November 2024 dari 1,71% yoy di Oktober 2024 memicu kegelisahan bahwa konsumsi rumah tangga masih tertekan. Padahal konsumsi rumah tangga paling diharapkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke atas 5% di 4Q24.
“Kenaikan terbatas indeks manufaktur Indonesia ke 49.6 di November 2024 dari 49.2 di Oktober 2024 belum banyak membantu,” mengutip riset Phintraco.
Dengan sentimen itu, tetap waspadai level psikologis yang sekaligus menjadi critical support level IHSG di 7.000 pada perdagangan Selasa.
Dengan breaklow 7.100, MACD membentuk death cross dan cenderung memperlebar negative slope.
Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi PGAS, ISAT, SRTG, UNTR, dan BDMN.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, trend Bearish, IHSG mulai menembus support 7.122.
“IHSG masih berpotensi melanjutkan penurunan ke area harmonic support di 6.984 selagi trend masih Bearish,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Selasa (3/12/2024).
BRI Danareksa juga memberikan catatan, resisten sementara di 7.269.
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, BBYB, dan PGAS.
(fad)