Sementara itu, imbal hasil investasi surat utang AS, Treasury, merangkak naik terbatas di semua tenor. Pagi ini, UST-10Y ada di 4,19%.
Sentimen yang masih kurang bagus, menekan rupiah di pasar forward. Kontrak nondeliverable forward (NDF) rupiah 1 bulan pada penutupan bursa New York ditutup melemah di Rp15.919/US$. Pagi ini, pada pembukaan pasar Asia, rupiah NDF-1M makin tertekan di Rp15.934/US$.
Level itu berjarak sempit dengan posisi penutupan rupiah spot kemarin yang melemah 0,35% di Rp15.900/US$. Itu mengisyaratkan, tekanan di pasar spot kemungkinan masih berlanjut dalam kisaran terbatas.
Pada pembukaan pasar Asia Selasa pagi, mayoritas mata uang Asia tertekan oleh dolar AS dipimpin oleh ringgit yang turun nilainya 0,10%, baht 0,09% dolar Singapura 0,07%, yen 0,07%, yuan offshore juga melemah tipis 0,02%. Hanya won Korsel yang menguat pagi ini disokong oleh lonjakan kenaikan indeks saham di negeri tersebut.
Para pelaku pasar akan mencermati dua hal utama pekan ini yaitu pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di acara New York Times, juga laporan pasar kerja (job's report) AS pada Jumat malam nanti.
Sementara itu beberapa data memberikan sinyal bercampur. Aktivitas manufaktur AS masih terjebak zona kontraksi pada November di angka yang lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar.
Indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) naik 1,9 poin, tertinggi sejak Maret, menjadi 48,4, melampaui ekspektasi pasar di 47,5.
Kenaikan itu didukung oleh indeks pesanan baru yang meningkat untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir, menunjukkan kepercayaan bisnis berangsur-angsur membaik.
Namun, karena masih di bawah 50, berarti secara keseluruhan manufaktur di negeri terbesar itu masih terkontraksi alih-alih ekspansi.
Gubernur Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic dalam pernyataan terbarunya mengatakan, ia belum memutuskan apakah pemotongan suku bunga diperlukan bulan ini. Meski begitu, ia masih yakin bahwa para pejabat harus terus menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.
"Risiko untuk mencapai mandat ganda komite untuk memaksimalkan lapangan kerja dan stabilitas harga telah bergeser sedemikian rupa, sehingga keduanya hampir seimbang. Jadi kami juga harus mulai mengalihkan kebijakan moneter ke arah sikap yang tidak menstimulasi atau menahan aktivitas ekonomi," tulis Bostic dalam esai yang dirilis Senin, mengacu pada Federal Open Market Committee (FOMC) yang menentukan suku bunga.
Bostic mengatakan dia pikir inflasi berada di jalur yang berkelanjutan menuju target The Fed sebesar 2%, meskipun ada ketidakstabilan dalam data.
Pernyataan itu menaikkan ekspektasi pasar akan pemangkasan Fed fund rate sebesar 25 bps pada FOMC pertengahan bulan ini. Probabilitasnya kini meningkat dari 66% menjadi 74,5%.
Dari dalam negeri, laporan inflasi November menunjukkan tekanan harga dari sisi permintaan semakin memudar, mengisyaratkan kelesuan perekonomian Indonesia belum ada tanda-tanda pembalikan arah.
Hari ini, Kementerian Keuangan RI akan menggelar lelang rutin sukuk negara (Surat Berharga Syariah Negara/SBSN) dengan target indikatif Rp9 triliun.
Animo lelang kemungkinan masih lesu, sebagaimana ketika lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan lelang Surat Utang Negara (SUN) digelar pekan lalu, terbebani sentimen pasar global.
Terbebani Trump
Selama November lalu, rupiah melemah 0,94%, setelah bulan sebelumnya ambles hingga 3,68%. Alhasil, dua bulan beruntun, rupiah keok melawan dolar AS.
Pelemahan pada bulan lalu tak lain adalah karena sentimen keterpilihan lagi Donald Trump sebagai Presiden AS, yang mengubah secara cepat sentimen di pasar sekaligus prospek dan konstelasi geopolitik ke depan.
Keterpilihan Trump dinilai akan memperlambat laju penurunan global menyusul kebijakan tarif impor serta pembatasan imigran di negeri itu diperkirakan akan memantik lagi inflasi yang tinggi. Alhasil, pemodal global banyak hengkang dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Selama November, asing mencetak net sell senilai US$1,06 miliar, menurut data yang dikompilasi oleh Bloomberg. Angka itu setara dengan Rp16,9 triliun. Sementara di pasar surat utang, kepemilikan asing anjlok hingga Rp12,76 triliun, mematahkan reli kenaikan bulanan terpanjang yang terjadi sejak Mei hingga Oktober.
Berkaca pada keterpilihan Trump pertama kali pada November 2016 lalu, rupiah pun tertekan pada Desember tahun yang sama. Namun, setelahnya rupiah mampu bangkit menguat.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan menuju level Rp15.940/US$ yang menjadi level support pertama, lalu level support kedua di Rp15.950/US$.
Apabila dua support itu tertembus, rupiah bisa makin lemah ke Rp15.980 hingga Rp16.000/US$ sebagai support terkuat.
Jika berbalik arah terjadi penguatan, terdapat level resistance yang menarik dicermati pada trendline garis merah di kisaran area Rp15.860/US$ dan selanjutnya di Rp15.840/US$.
Dalam ten jangka menengah atau mid-term, rupiah masih berpotensi melemah lebih lanjut hingga menjebol support di psikologis di Rp16.050/US$.
(rui)