“Di saat yang sama, platform online food delivery sedang booming. Tapi kemasan makanan dari plastik dan styrofoam tetap jadi masalah utama,” tambahnya.
Rengkuh menjelaskan bagaimana Plepah daun pinang diubah menjadi wadah makanan yang biodegradable. “Ide ini muncul ketika saya melihat banyak Plepah tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah. Saya pikir, kenapa tidak kita olah menjadi sesuatu yang punya nilai ekonomis sekaligus ramah lingkungan?”
Sejak mendirikan Plepah pada 2018, Rengkuh berhasil mengubah bahan baku sederhana ini menjadi produk inovatif. Startup-nya tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga memberdayakan petani lokal.“Kami membangun kelompok petani untuk ikut serta dalam rantai nilai ini, sehingga mereka juga mendapat manfaat ekonomi,” ujarnya.
Selama sesi talkshow, Rengkuh berbagi pandangannya dengan penuh semangat.
“Jadi kalau tadi saya kebayangnya tiap kali beli makanan ada kemasan plastik atau styrofoam, saya pikir, kok ini terus-terusan terjadi? Tapi waktu itu ide saya nggak cuma berhenti di kepala. Dari pengalaman di Sumatra Selatan, saya sadar bahwa solusi lingkungan harus melibatkan banyak pihak. Kami butuh alternatif yang tidak hanya ramah lingkungan tapi juga ekonomis untuk masyarakat,” paparnya.
“Untungnya hari ini kita di acara ini gelasnya sudah tidak ironi ya, karena kita harus memulai perubahan dari langkah kecil,” imbuhnya.
Dengan Plepah, Rengkuh membuktikan bahwa inovasi berbasis lingkungan bisa menjadi solusi berkelanjutan untuk tantangan global. Ia berharap inisiatif ini menginspirasi lebih banyak anak muda untuk berkontribusi.
“Kita tidak harus besar dulu untuk membuat dampak. Mulai dari apa yang kita punya, tapi dengan visi yang jelas,” tutupnya.
Acara ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara sektor swasta seperti Astra dan individu inspiratif seperti Rengkuh dapat menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.