“Kita harus menargetkan di setiap fase itu tercapai berapa, baik itu produk prekursor, katoda, dan baterai cell & pack,” kata Hasyim dalam diskusi CSIS Indonesia akhir pekan lalu, dikutip Senin (2/12/2024).
Kinerja Ekspor
Di sisi lain, Hasyim menyebut hilirisasi komoditas nikel membuat ekspor produk turunan nikel di Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan nilai dan volume hingga empat kali lipat dibandingkan dengan 2019, sebelum pemerintah melarang ekspor bijih nikel.
Kontribusi ekspor produk turunan nikel Indonesia di pasar global juga meningkat dari semula hanya 2,77% pada 2019 menjadi 10,9% pada 2023.
“Peningkatan ini terjadi sejak kita berlakukan pembatasan ore [bijih] untuk dilakukan ekspor,” tutur Hasyim.
Hasyim memaparkan, sebelum ada pelarangan ekspor bijih nikel, nilai ekspor produk turunan nikel hanya berada di angka US$8,14 miliar; 2020 sebesar US$ 11,56 miliar; 2021 sebesar US$ 22,16 miliar; 2022 US$33,69 miliar; dan 2023 US$33,71 miliar.
Hilirisasi nikel juga diklaim berdampak terhadap ekonomi nasional. Hasyim menyebut tingkat pengangguran terbuka (TPT) di provinsi-provinsi basis hilirisasi nikel terbilang rendah di angka 2%—4% atau di bawah angka TPT nasional rerata 5%.
“Kalau kita hanya melihat setahun, memang ada kenaikan karena ada penambahan jumlah penduduk. Akan tetapi, kalau kita ambil dari 2019 sebelum itu turun trennya,” imbuhnya.
Hilirisasi nikel, kata dia, juga memberikan manfaat bagi daerah melalui peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) baik dari penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang disetorkan oleh sejumlah perusahaan nikel.
Berdasarkan data BKPM, PAD Sulawesi Tenggara pada 2019 berada di angka Rp1,1 triliun. Angka ini meningkat menjadi Rp1,6 triliun pada 2023. PAD Sulawesi Tengah pada 2019 sebesar Rp1,09 triliun meningkat menjadi Rp1,7 triliun. PAD Maluku Utara meningkat dari Rp433 miliar di tahun 2019 menjadi Rp461 miliar di 2023.
“Masifnya perkembangan hilirisasi nikel di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara membuat pertumbuhan ekonomi keduanya tumbuh impresif jauh melewati pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
(mfd/wdh)