Angka inflasi November juga makin jauh di bawah median target inflasi Bank Indonesia tahun ini di 2,5%.
Hingga jeda perdagangan Sesi I, setelah pengumuman inflasi tersebut, berikut pergerakan harga saham empat bank besar berdasarkan data Bloomberg.
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ambles 3,61% ke level Rp4.800/saham
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tertekan 1,62% ke level Rp6.050/saham
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 0,94% ke level Rp4.210/saham
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) drop 0,75% ke level Rp9.925/saham
Namun, menurut Badan Pusat Statistik, penyebab rendahnya inflasi November tidak bisa begitu saja disimpulkan akibat lemahnya permintaan atau kelesuan ekonomi dalam negeri.
“Bulan November memang tidak ada event ataupun kenaikan permintaan tidak sebesar di bulan-bulan sebelumnya, kita tidak bisa mengambil kesimpulan (Penyebabnya) karena pelemahan permintaan atau tidak. Karena sebagian besar inflasi rendah di bulan November lebih didorong penurunan harga-harga di komponen harga bergejolak, jadi harga-harga pangan stoknya sedang melimpah,” papar Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti dalam taklimat media siang hari ini.
Amalia menjelaskan, secara garis besar, rendahnya inflasi pada November 2024 secara tahunan adalah karena harga komoditas utama yang mencatat penurunan.
Yang menarik dicermati, inflasi yang mencatat tingkat terendah dalam lebih dari 3 tahun itu juga terjadi ketika harga beras masih mencatat inflasi tahunan.
Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson dalam kajian yang dilansir sebelum pengumuman data inflasi siang ini, melihat rendahnya inflasi di Indonesia terutama karena permintaan yang masih lesu.
“Tekanan harga dari sisi permintaan memudar, dengan penelusuran kami menunjukkan adanya pelemahan konsumsi, investasi, dan manufaktur,” terang Henderson dalam risetnya.
Mengacu data Bank Indonesia, pada Oktober, tingkat konsumsi (consumption rate) di Indonesia terlempar ke level Januari yaitu di 74,5%.
Pada saat yang sama, tingkat tabungan (saving rate) masyarakat terus turun ke level 15%. Padahal pada Maret lalu sempat menyentuh 17%.
Hal itu mengindikasikan masih berlangsung fenomena 'Makan Tabungan' alias mantab di rumah tangga Tanah Air. “Data itu menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia masih mengorbankan tabungannya untuk mempertahankan daya beli,” kata Macro Strategist Mega Capital Lionel Priyadi dalam kajiannya, baru-baru ini.
Tingkat konsumsi sehari-hari juga masih berada dalam tren penurunan di mana pada Mei yang lalu sempat berada di posisi 104,6, akan tetapi pada Oktober menyentuh level 95,0 terus turun.
Kelesuan konsumsi masyarakat pada akhirnya telah menyeret kinerja Penjualan Ritel. Indeks Penjualan Riil pada Oktober jatuh ke level terendah dalam setahun hingga sentuh di 209,5, setelah memuncak pada Lebaran lalu di angka 236,3 tepatnya pada April lalu.
(fad)